Bukan menjadi sebuah tuntutan, tapi memang sudah seperti
keharusan untuk di jalankan. Yah, menulis. Suatu hal yang sangat sulit untuk
aku biasakan, terkandang hanya jika sedang mood
saja aku akan menulis. Terkadang, walaupun mood itu pun belum tettu terselesaikan apa yang harus aku tulis.
2014, mungkin tahun ini akan aku jadikan ulasan dari
tahun-tahun sebelumnya. Satu per satu mulai aku perhatikan untuk sekadar ingin
mengabadikan, dengan sedikit menuliskanya. Untuk hari ini, mood sedang kuat-kuatnya untuk menceritakan seseorang dalam
tulisan. Dia seorang perempuan yang dulu tidak lama aku mengenalnya.
Berperawakan tinggi, entah jika di bandingkan denganku. Kulitnya, seputih dan
sebersih kulit bayi. Selalu suka memakai kerudung terusan, alasanya selain
mudah di pakai dia memang tidak bisa memakai jenis kerudung yang persegi empat.
Tidak seperti seorang wanita pada umumnya, karena lebih suka memakai celana
jeans dan hem lengan panjang.yang selalu di lipat di bawah sikunya.
Saat pertama mengenalnya, orang akan mengira dia angkuh
dan biasa saja. Berbeda jika bisa membuatnya tersenyum, karena senyumnya jarang
sekali di miliki perempuan lainya. Aku mengenalnya dari temanku –Crispy-,
karena dia suka dengan si perempuan itu –Cookies-. Karena penasaran, aku
berusaha untuk mencari tahu nomer dari Cookies. Setelah ku mendapatkanya aku
mencoba untuk sedikit berkenalan, melalui sms.
Untuk pertama, kesan yang di buatnya adalah angkuh. Sms
terkadang hanya di balas satu atau dua kali, lalu berhenti tanpa jawaban.
Entah, seberapa keras hati si Cookies hingga sulit untuk ku mencoba
menggigitnya. Memang butuh kesabaran ekstra untuk mendekati si Cookies istimewa
ini.
Setelah lewat satu bulan lamanya, Cookies mulai melunak.
Pesan demi pesan mulai di jawabnya, entah angin darimana Cookies mulai berubah.
Satu minggu lamanya Cookies mulai intens menerima dan menjawab pesan dari ku,
tak peduli pagi ataukah tengah malam. Saat mengucap selamat pagi, hingga
selamat malam.
Cookies perempuan yang sangat mematuhi aturan, lalu
bertemu aku yang sama sekali tidak suka di atur. Untuk mengajaknya keluar
bermotor dengan jarak yang dekat, di haruskannya membawa helm. Selain itu,
mungkin aku sedikit terbantu karena Cookies yang tak lupa untuk mengingatkan
ibadah ku. Yah, memang aku tidak suka di atur tapi aku sadar. aku tetap
seseorang yang membutuhkan batasan untuk membatasiku dari keterlepasan.
Tidak banyak yang bisa aku ingat, tidak banyak juga yang
bisa aku lupakan darinya. Pernah suatu ketika temanku Rizal memanggil Cookies
dengan sebutan Ern atau Natasha Nauljam dengan alasan yang sulit untuk di cerna,
karena nama asli Cookies yang pelafalanya sama dengan nama Ern. Ern adalah
salah satu actrees yang bermain di dalam film Suck Seed. Dia sosok cantik,
dengan rambut coklat kehitamannya yang indah. Ern memiliki senyum yang sangat
manis menurutku, dengan tipe gigi seri khas yang aku suka. Selain itu dia
seorang gitaris, memang darah dari keluarga pemusik.
Ern dengan Cookies, yah.. relatif entah dengan penilaian
orang lain. Tapi tentu saja, mereka berdua memiliki kesamaan menurutku.
Hanya ini cerita yang Rama sampaikan kepadaku, sosok pria
melancholi yang selalu terlihat suram di wajahnya. Dia tidak begitu tinggi tapi
unggul pada wajah tampanya, walau tidak banyak perempuan dengan status pernah
menjadi mantan pacarnya. Yah.. memang tidak banyak.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar