Rabu, 12 Februari 2014

Natasha Nauljam, Suck Seed



Bukan menjadi sebuah tuntutan, tapi memang sudah seperti keharusan untuk di jalankan. Yah, menulis. Suatu hal yang sangat sulit untuk aku biasakan, terkandang hanya jika sedang mood saja aku akan menulis. Terkadang, walaupun mood itu pun belum tettu terselesaikan apa yang harus aku tulis.

2014, mungkin tahun ini akan aku jadikan ulasan dari tahun-tahun sebelumnya. Satu per satu mulai aku perhatikan untuk sekadar ingin mengabadikan, dengan sedikit menuliskanya. Untuk hari ini, mood sedang kuat-kuatnya untuk menceritakan seseorang dalam tulisan. Dia seorang perempuan yang dulu tidak lama aku mengenalnya. Berperawakan tinggi, entah jika di bandingkan denganku. Kulitnya, seputih dan sebersih kulit bayi. Selalu suka memakai kerudung terusan, alasanya selain mudah di pakai dia memang tidak bisa memakai jenis kerudung yang persegi empat. Tidak seperti seorang wanita pada umumnya, karena lebih suka memakai celana jeans dan hem lengan panjang.yang selalu di lipat di bawah sikunya.  

Saat pertama mengenalnya, orang akan mengira dia angkuh dan biasa saja. Berbeda jika bisa membuatnya tersenyum, karena senyumnya jarang sekali di miliki perempuan lainya. Aku mengenalnya dari temanku –Crispy-, karena dia suka dengan si perempuan itu –Cookies-. Karena penasaran, aku berusaha untuk mencari tahu nomer dari Cookies. Setelah ku mendapatkanya aku mencoba untuk sedikit berkenalan, melalui sms. 

Untuk pertama, kesan yang di buatnya adalah angkuh. Sms terkadang hanya di balas satu atau dua kali, lalu berhenti tanpa jawaban. Entah, seberapa keras hati si Cookies hingga sulit untuk ku mencoba menggigitnya. Memang butuh kesabaran ekstra untuk mendekati si Cookies istimewa ini. 

Setelah lewat satu bulan lamanya, Cookies mulai melunak. Pesan demi pesan mulai di jawabnya, entah angin darimana Cookies mulai berubah. Satu minggu lamanya Cookies mulai intens menerima dan menjawab pesan dari ku, tak peduli pagi ataukah tengah malam. Saat mengucap selamat pagi, hingga selamat malam. 

Cookies perempuan yang sangat mematuhi aturan, lalu bertemu aku yang sama sekali tidak suka di atur. Untuk mengajaknya keluar bermotor dengan jarak yang dekat, di haruskannya membawa helm. Selain itu, mungkin aku sedikit terbantu karena Cookies yang tak lupa untuk mengingatkan ibadah ku. Yah, memang aku tidak suka di atur tapi aku sadar. aku tetap seseorang yang membutuhkan batasan untuk membatasiku dari keterlepasan. 

Tidak banyak yang bisa aku ingat, tidak banyak juga yang bisa aku lupakan darinya. Pernah suatu ketika temanku Rizal memanggil Cookies dengan sebutan Ern atau Natasha Nauljam dengan alasan yang sulit untuk di cerna, karena nama asli Cookies yang pelafalanya sama dengan nama Ern. Ern adalah salah satu actrees yang bermain di dalam film Suck Seed. Dia sosok cantik, dengan rambut coklat kehitamannya yang indah. Ern memiliki senyum yang sangat manis menurutku, dengan tipe gigi seri khas yang aku suka. Selain itu dia seorang gitaris, memang darah dari keluarga pemusik.

Ern dengan Cookies, yah.. relatif entah dengan penilaian orang lain. Tapi tentu saja, mereka berdua memiliki kesamaan menurutku. 

Hanya ini cerita yang Rama sampaikan kepadaku, sosok pria melancholi yang selalu terlihat suram di wajahnya. Dia tidak begitu tinggi tapi unggul pada wajah tampanya, walau tidak banyak perempuan dengan status pernah menjadi mantan pacarnya. Yah.. memang tidak banyak.[]

Tidak ada komentar: