Rabu, 22 April 2020

Sebut Saja Uji Coba Kesabaran


Sekarang pukul 23.00 WIB. Baru saja saya pulang dari kegiatan training pekerjaan. Setelah apa yang saya alami saya sangat berkeinginan untuk menuliskannya. Tepatnya semua berawal saat saya mendapatkan undangan dari salah satu tempat dimana saya melamar pekerjaan. Undangan tersebut terkirim pada hari Senin sekira pukul 14.00 WIB. Undangan tersebut melalui pesan whatsapp, berbunyi mengharuskan saya hadir untuk training dan tes pada hari itu juga pada pukul 16.00 WIB menggunakan sragam yang ditentukan yaitu celana jeans hitam, kemeja ata kaos polo berkerah warna hitam, dan sepatu casual. Jika berhalangan hadir diberikan toleransi kehadiran pada hari berikutnya yaitu Selasa pukul 14.00 WIB dan saya memilih opsi kedua tersebut. tambahan informasi di dalam info tersebut mengatakan, bagi yang bisa hadir pada hari Senin akan memiliki kesempatan besar untuk diterima bekerja dari pada yang hadir pada hari Selasa.

Saya melamar pekerjaan untuk posisi kasir pada salah satu info lowongan pekerjaan. Info tersebut bersifat walk interview lalu bertuliskan membutuhkan posisi Barista dan juga Kasir pada Cafe yang baru akan di buka di kota tempat saya berdomisili. Saya tertarik pada lowker tersebut sebab pertama, saya sudah memiliki pengalaman bekerja di dunia Food & Baverages sebelumnya, selebihnya sebab saya memang sedang butuh pekerjaan setelah kurang lebih 8 bulan menganggur dari pekerjaan terakhir saya. Walk interview dilakukan pada hari Sabtu dan hari Senin saya sudah mendapat informasi untuk melakukan tes dan training, seperti yang saya ceritakan di atas. Saya mengira prosesnya setelah lolos interview akan dipanggil untuk melakukan serangkaian tes lagi, sebelum nanti akhirnya jika dinyatakan lolos tes, akan diberikan informasi mengenai diterima atau tidak sebagai pegawai, lalu membicarakan masa training sesuai pekerjaan yang dilamar, gaji masa training, gaji pokok dan lain sebagainya. Namun, ternyata itu hanya ekspektasi saya, proses yang sebenarnya tidak seperti itu.

Saya memutuskan untuk datang hari Selasa sebab saya belum memiliki seragam yang ditentukan oleh pihak penyelenggara untuk dikenakan saat tes dan training. Oleh karena itu saya perlu berkordinasi dengan ibuk, sebab jika di izinkan saya butuh sekian rupiah dari ibuk untuk membeli baju sesuai yang sudah ditentukan. Ibuk akhirnya menyetujui, setelah saya berdiskusi dengan beliau terkait baju yang saya butuhkan. Lalu beliau mengantarkan saya untuk membeli celana hitam. Untuk kaos polo hitam berkerah saya memakai kaos adik saya, yang dulu dia pernah beli untuk tes pekerjaan di alfamart namun batal.

Seperti yang sudah ditentukan, kandidat yang akan mengikuti tes dan training diharuskan hadir pada pukul 14.00 WIB on time, saya tiba di lokasi pukul 13.30 WIB lebih awal dari waktu yang ditentukan. Jarak dari rumah saya menuju lokasi training tidak begitu jauh, kurang lebih 30-45 menit dengan kondisi traffic normal. Lokasi tempat training merupakan salah satu francise outlet makanan khas indonesia yang sudah membuka banyak cabang di beberapa kota di Indonesia(untuk selanjutnya dalam tulisan ini kita sebut Outlet Hogsmeade saja). Bos atau manager cafe tempat saya melamar, bekerja sebagai semacam supervisor area untuk wilayah sidoarjo dan surabaya pada francise Outlet Hogsmeade tersebut. Singkatnya Si Bos selain bekerja sebagai spv area, beliau juga ingin membuka usaha sendiri sejenis Cafe sejumlah 3 outlet. Oleh karena itu tes dan training dilakukan di lokasi tersebut, tempat si bos bekerja sebagai spv area.

Menurut sedikit informasi yang saya dapat tes dan training dilakukan selama 2 hari. Ekspektasi saya, selama training dan tes tersebut saya akan di ajari melakukan pekerjaan Kasir atau Barista sesuai posisi yang dilamar untuk mengisi posisi pegawai cafe yang akan dibuka. Sebelum nanti akhirnya dinyatakan diterima sebagai karyawan atau gagal, lalu juga diberi info penempatan dan juga grand opening cafe tersebut. Sebab dengan adanya pandemi covid-19 manager outlet masih belum tahu kapan cafe bisa dibuka. Sehingga mengharuskan menunggu informasi dari pemerintah setempat kapan kiranya waktu yang pas dan aman untuk launching cafe tersebut.

Sebelum saya melakukan tes dan training saya diberi intruksi oleh (mungkin) kapten yang ada di lokasi tersebut. Dia menjelaskan tambahan informasi dan pekerjaan apa yang harus saya kerjakan saat itu. Informasi tersebut mengatakan, saya akan training di sana selama 2 hari tanpa dibayar dan akan mulai dibayar setelah masuk training hari ke tiga, sampai menunggu informasi lebih lanjut kapan saya bisa ditempatkan di cafe, sebab untuk saat ini cafe tersebut belum grand opening. Informasi mengenai berapa bayaran (selama training) yang saya terima belum disampaikan (benar-benar less information), saya pun tidak berani bertanya sebab takut di anggap terlalu berfokus pada gaji. Informasi tersebut berlanjut tentang apa yang harus saya kerjakan selama training disana. Menurut si kapten, training sebagai kasir bisa di ajarkan kapan saja (yang saya tidak tahu kapan, mungkin saat senggang atau entahlah), sehingga saya bisa mengerjakan pekerjaan lain terlebih dahulu (apapun itu).

Sampai tahap ini saya paham, mungkin yang dimaksud tes dan training tersebut adalah, tes kesabaran dalam menahan ego dan training kepekaan dalam mengerjakan pekerjaan apapun. Itu kesimpulan saya sebab pernah mengalami, bahwa bekerja di bidang Food & Baverages itu harus mau mengerjakan tugas apapun entah ngepel, nyapu, angkat-angkat dsb. Ego dan kesabaran harus benar-benar di tekan. Sebab kebersihan, kerapian outlet menjadi tanggung jawab bersama (team) sudah bukan job desc perorangan (mungkin). Pressure yang tinggi dari banyaknya pekerjaan diluar job desk menjadi tantangan bersama dalam team. Hal tersebut pernah saya alami sebelumnya saat bekerja di cafe pada tahun 2016-2017.

Sialnya pada hari itu tidak ada lagi kandidat training selain saya sendiri. Menurut informasi yang saya dapat, hari sebelumnya datang 6 orang kandidat. Harusnya jika sesuai intruksi training dan tes 2 hari, mereka juga hadir pada hari ini saya hadir. Namun, entah diantara 6 orang tersebut tidak ada yang kembali lagi.

Intruksi pertama dari apa yang harus saya kerjakan adalah menyapu lantai. Sebab menurut kapten, sejak pagi memang belum ada yang menyapu. Intruksi berikutnya setelah sapu bersih adalah mengepel lantai. Ada banyak sapu dan pel-pelan disana dan masing-masing sapu dan pel-pelan digunakan sesuai tempatnya masing-masing, contoh sapu dan pel-pelan dapur berbeda dengan yang digunakan untuk lorong, begitu juga untuk yang digunakan di lokasi para customer duduk. Karena lokasi cukup lebar cukup untuk membuat saya berkeringat dan juga ngos-ngosan. Tertawa malu dalam hati, mungkin Ini efek sudah terlalu lama tidak melakukan fisik atau pekerjaan berat, sebab di rumah kerjaanya hanya rebahan, makan dan tidur. Intruksi diberikan pukul 14.15 WIB lalu saya mulai bekerja sesuai yang di intruksikan, menyapu, mengepel, merapikan meja dan kursi yang sudah digunakan hingga pukul 15.30 WIB, selanjutnya saya diberikan kesempatan untuk istirahat hingga pukul 16.15 WIB.

Menit demi menit saya nikmati waktu istirahat, baju sudah kepalang basah oleh keringat. Lapar tidak berkeinginan, namun haus benar-benar saya tahan. Kebetulan di situ ada galon air, sialnya saya tidak menemukan gelas di situ. Sudah bertanya ke salah satu pegawai, namun tidak ada respon dimana saya harus mendapatkan gelas, akhirnya haus hanya bisa saya tahan saja. Istirahat hanya saya gunakan untuk bermain handphone dan ngisis, pukul 16.00 WIB saya mulai mencari tempat ibadah, fikir saya mungkin air wudlu bisa sedikit memberikan sejuk dan duduk bersimpuh saat ibadah bisa menghilangkan lelah.

Masuk 16.30 WIB saya mulai kembali lagi bekerja. Kali ini intruksinya saya disuruh berdiri di depan pintu menyambut tamu datang, untuk mengecek suhu badan dan juga memberikan handsanitizer sebelum memasuki resto. Sebelum istirahat tadi sebetulnya saya sudah berada di depan, akan tetapi saya duduk tidak berdiri sebab lelah setelah menyapu dan mengepel lantai. Setelah istirahat, saya diberi warning tidak boleh duduk saat bekerja (oleh salah satu pegawai), melainkan harus berdiri. Meskipun tidak ada tamu yang datang, tetap harus berdiri di depan pintu sebab sudah aturan dari manajemen. Hal tersebut didukung dengan cctv yang ada disitu, sebagai pengawas (seakan) saya benar-benar tidak boleh duduk saat bekerja.

Jam berjalan sangat lambat. Tak dapat saya kira bahwa berdiri saja merupakan hal yang sangat melelahkan dan menyulitkan. Selama itu saya tak berani memandang jam tangan, sebab semakin saya sering melihat jam rasanya semakin lama pula waktu berjalan. Haus mulai tak tertahan, otak mulai berfikir dimana saya bisa mendapatkan minuman, hingga muncul satu ide. Pada akhirnya saya paksakan untuk melihat jam tangan dan waktu menunjukan pukul 17.30 WIB. Dalam hari berkata, “15 menit lagi saya pamit untuk beribadah, dan mengeksekusi ide untuk memuaskan dahaga”. Tepat pukul 17.45 WIB saya pamit beribadah. Menuju tempat wudlu, membasuh tangan, lalu membuat tangan seolah membentuk sebuah wadah, dan selanjutnya dengan bacaan bismillah satu, dua, tiga kali saya teguk air keran. Fikir saya 3 teguk akan cukup untuk beberapa jam kedepan hingga jam pulang pada pukul 22.00 WIB. Jangan tanya puasnya bagaimana, jangan berfikir soal kotor atau mentahnya. Sebab yang saya lihat saat itu hanya sifatnya, sifat dari air sebagai pelepas dahaga.

Pukul 18.00 WIB saya kembali ke posisi, berada di depan pintu sembari membawa alat pengukur suhu dan handsanitizer. Ada satpam datang, saya hampiri untuk mengajaknya ngobrol satu dua kecap. Namun pak satpam malah memperingati, agar saya tetap diposisi saya berdiri. Sebab di tempat satpam dan di dekat parkiran ada cctv yang mengawasi, akhirnya saya kembali ke posisi dan percakapan dengan pak satpam hanya sekedar senyuman dan peringatan saja. Mungkin dia sedang sibuk dengan handphone nya, atau saya yang sok akrab mencoba untuk berkenalan.

Jam terus berjalan, namun begitu sangat lambat yang saya rasa. Pikiran melayang kemana saja. Membuat saya teringat kisah seorang teman yang saya panggil Mami, pernah juga bertugas sebagai pembuka pintu atau penyambut tamu saat ada pengunjung yang datang di restoran franchise terkenal amerika tempat dia bekerja. Dia sampai harus mencari-cari waktu yang pas untuk ke kamar mandi hanya agar bisa duduk. Ada juga teman yang lain, Robi namanya. Dia bekerja di salah satu swalayan (dimana jika ada swalayan A pasti ada swalayan B di dekatnya), namun memilih untuk resign sebab tidak kuat bekerja dengan terus berdiri berjam-jam pungkasnya.

Dari apa yang sedang saya alami saat itu, ditambah beberapa pengalaman dari orang lain tersebut membuat saya memikirkan bahwa, sepertinya ada banyak sekali jenis pekerjaan dimana mengharuskan pekerjanya terus berdiri selama jam kerja berlangsung. Penerima tamu di hotel-hotel atau penginapan, pak satpam di beberapa bank yang biasa membukakan pintu, kasir swalayan, penerima tamu di beberapa resto atau rumah makan, tempat oleh-oleh dan banyak lain sebagainya. 

Pertanyaan saya kepada kalian yang bekerja pada posisi tersebut, apakah kalian merasakan yang saya rasakan? Apakah kalian juga pernah merasa sangat lelah dan capek, berdiri berjam-jam selama kurang lebih 8 jam? Apakah kalian memang ditugaskan untuk terus berdiri tanpa boleh duduk saat bekerja? Apakah kalian juga mencuri-curi waktu (hanya untuk duduk) tanpa terlihat cctv? Apakah kalian sempat merasa berat dihati sebab rasa njarem saat berdiri secara terus menerus? Jika iya mungkin kita sama. Sebagai kategori pengeluh dan penggerutu dan juga lemah. Jika tidak, saya salut kepada kalian. Kalian begitu kuat, sabar dan tabah menjalani itu. Kuat berdiri berjam-jam tanpa melakukan apa-apa. Hanya sebatas menyambut tamu yang hadir. Saya sungguh kagum dan salut kepada kalian.

Tambahan tugas lain mengiringi sepanjang waktu. Merapikan dan mebersihkan meja setelah pengunjung pulang. Mengelap meja yang kotor, mengepel lagi, menyapu lagi, menyapu halaman depan berpaving yang kotor oleh dedaunan kering. Mengepel lorong ruang pegawai. Mencuci tempat cucian piring. Menyabun timba kotor bekas sisa-sisa kuah makanan atau minuman yang tidak habis (saat closing). Mencuci barang-barang kotor saat sudah closing. Menyapu lagi. Mengepel lagi. Menggosok meja juga sebelum closing, dsb. Tugas tersebut datang bergantian dari satu, dua pegawai yang meminta tolong mengerjakannya. Kebetulan Outlet Hogsmeade tersebut memiliki sekitar 5-6 pegawai. 2 di antaranya laki-laki, bertugas sebagai kasir satu, dan kapten satu, sisanya para perempuan. Jika tidak ada yang menyuruh saya melakukan hal-hal tersebut, tugas saya kembali ke depan pintu sebagai penerima tamu skaligus scanning suhu badan.

Melakukan hal-hal tersebut tidak membuat saya sulit. Meski sedikit merasa lelah dan basah saat mengerjakannya, sebab sudah lama tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut dalam jumlah banyak dan harus sekali waktu dikerjakan. Akan tetapi yang membuat saya kesulitan adalah saat dimana saya harus kembali berdiri diam di depan pintu menunggu para tamu. Bukan saat mengerjakan pekerjaan lain seperti mengepel, menyapu, mencuci dan lain2.

Lelah dari mengerjakan pekerjaan lain, menjadi sangat lelah saat setelah mengerjakan (pekerjaan lain) harus kembali berdiri lagi bukan duduk atau pun istirahat. Rasanya jam berputar selisih 30 menit sekali, tiap saya melihatnya. Saat kembali berdiri (lagi) fikiran kembali berkecamuk. Debat dengan entah siapa yang berbicara di dalam diri saya, sebab rasa haus membuat saya semakin tak kuasa. Berdebat antara terus bertahan dan menyerah. Banyak keputusan yang kala itu akan berakhir nekat jika saya melakukannya. Keputusan pertama, langsung pamit kepada kapten lalu mengundurkan diri dari training. Keputusan kedua, meminta minum atau jika harus beli saya akan beli. Keputusan ketiga, jika meminta minum tidak di beri saya nekat pamit pergi. Akhirnya setelah mengepel lantai untuk yang entah keberapa, saya nekat meminta minum. Untungnya saya menemukan gelas kotor bekas kopi yang entah milik siapa, saya cuci dan saya gunakan minum. Gelas tersebut berukuran sekitar 2-3 liter air, saya isi full lalu saya minum dengan satu kali minum. Setelahnya saya kembali ke pos saya, dimana saya harus berdiri lagi.

Saya beri gambaran bagaimana rasanya saat berdiri. Dibeberapa bagian tubuh menjadi terasa denyutnya. Kalo dalam bahasa jawa itu njarem, entah apa bahasa indonesianya. Tumit rasanya berdenyut, betis rasanya seperti bengkak. Akhirnya saya buat gerak bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri. Sesekali berjalan ke kanan lalu berjalan ke kiri seperti model yang sedang memperagakan busana. Jika pun tak malu mungkin saya sudah membuat video tiktok atau joget jamet yang lagi viral untuk melupakan rasa capeknya kaki. Begitulah saya mengkontruksi otak, dengan membayangkan sedikit komedi untuk bertahan sampai jam pulang datang. Selebihnya pinggang bagian belakang terasa pegel, mungkin sebab sering membungkuk saat menyapu atau mengepel.

Dalam usaha melupakan rasa njarem pada kaki, hati pun terus berdebat. Perihal terus melanjutkan training atau tidak untuk keesokan harinya. Sebab seperti intruksi si kapten, 2 hari pertama tidak di gaji, akan digaji jika masuk hari ke 3 sampai tiba masa penggajian dengan nominal gaji yang saya juga belum tahu. Sejujurnya saya sudah tak ingin lanjut, sebab tak kuat dengan tugas berdiri depan pintu yang diberikan, selain itu saya tak merasa keberatan. Akan tetapi diri saya merasa malu, sebab ibu sudah mengupayakan sampai harus keluar uang untuk membelikan saya celana jeans hitam.
Keberuntungan berpihak kepada saya, sebab malam itu toko tutup lebih awal pukul 9 malam. 

Sehingga pukul 20.00 WIB saya sudah tidak berada di depan pintu akan tetapi membantu pegawai yang lain untuk closing. Melakukan apapun pekerjaan yang belum dikerjakan sesuai yang diminta pegawai lain untuk lakukan. Sepulang dari lokasi training saya mampir di indomaret, membeli es kopi susu sembari memikirkan keputusan saya. Sebetulnya saya pun malu untuk pulang. Tak tahu harus menjelaskan apa kepada ibu besoknya. Meski saya sebenarnya sudah memikirkan alasan untuk berbohong. Mengatakan bahwa training hanya sehari, selanjutnya nanti dikabari melalui whatsapp oleh pihak terkait perihal keputusan diterima atau ditolak. Rencana tersebut akan saya gunakan, sebab saya merasa tak mampu untuk menjelaskan alasan sebenarnya, dimana saya tidak kuat jika diharuskan bekerja dengan berdiri selama berjam-jam.

Ini adalah kali kedua saya membuat apa yang di upayakan ibu berakhir sia-sia. Sebelumnya ibu mengupayakan uang senilai 170.000 untuk tes kesehatan dan ronsen dada sebagai persyaratan seleksi pekerjaan di pabrik. Uang tersebut terbuang sia-sia sebab pada akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Cerita selengkapnya ada pada tulisan lain berjudul Folder No 92. Dua pekerjaan dimana ada upaya ibu di dalamnya namun tak berakhir dengan semestinya sesuai yang diharapkan.
Dalam kesempatan lain juga pernah saya lakukan, sebut saja menolak rejeki. Setelah membaca paragraf ini kalian boleh dengan bebas menilai apapun yang bisa kalian nilai tentang diri saya. Jika tidak lupa saya pernah menolak atau membuat saya di tolak pada beberapa kesempatan pekerjaan yang hampir menerima saya.

Pertama pada bulan Desember 2019 setelah libur natal, saya mendapat panggilan interview di mangga dua surabaya sebagai staff finance. Lolos tes tahap interview dan berlanjut psikotes namun saya tidak hadir. Sebab saat interview sebelumnya, seseorang yang menginterview saya berkata, “kalo tidak pernah dipakai terus buat apa ini? (membanting berkas ijasah saya ke tumpukan kertas tak terpakai), dibuang saja ya seperti berkas lain yang tidak lolos seleksi, sia-sia kamu kuliah bahasa namun tak pernah digunakan”.

Kedua saya pernah mengikuti walk interview sebagai Staff Purchasing. Meski tidak sesuai background ijasah, saya memiliki sedikit kualifikasi seperti yang ditentukan. Interview berakhir dengan saya dinyatakan gagal untuk posisi staff purchasing, akan tetapi saya diberi tawaran untuk menempati posisi staff marketing dengan nominal gaji awal 2.5jt, training 1 bulan. Namun pada akhirnya saya melewatkan kesempatan itu, dengan dalih saya merasa tak mampu minder untuk bekerja di bidang marketing. Apa lagi barang yang harus saya pasarkan berupa mesin.

Ketiga di Resto Quali Jember, saya melamar sebagai Assisten Supervisor. Interview pertama lolos, interview kedua juga lolos. Selanjutnya di undang untuk melakukan interview dengan pihak HRD. Bodohnya kala itu saya tidak datang sebab sudah ada janji acara dengan anak-anak HPI. Kebutuhan bertarung melawan kebersamaan, kebutuhan finansial & menjaga janji dengan kawan dekat. Sehingga saya jujur minta reschedule, dan mereka berkata akan menyanggupi. Namun, sampai detik ini saya tidak dihubungi sama sekali.

Keempat di Cafe Senja di Jember, saya melamar sebagai kitchen. Mendapat undangan interview melalui whatsapp. Namun saya tidak bisa hadir. Sebab ibu tidak mengizinkan saya untuk pergi ke jember. Mungkin sebab kala itu ibu belum memiliki uang. Sedangkan transportasi kereta atau bis tidak cukup dengan 100 ribu saja. Kelima dan keenam merupakan kejadian dimana upaya ibu terbawa di dalamnya.   

Terkait dengan kisah saya, saya ingin titip pesan bagi kalian. Mungkin kalian kelak merupakan seorang atasan, atau bos, atau manager atau apalah itu. Saya sampaikan, pekerjaan dengan hanya berdiri selama 8 jam kerja itu merupakan hal yang sulit dan tidak mudah untuk dilakukan. Jangan lah dibuat peraturan yang kaku seakan membuat pegawai takut untuk sekedar duduk sebab ada pantauan cctv. Berikanlah keluwesan namun tetap tertib, sebab bagaimana pun pegawaimu juga manusia, bukan robot selamat datang yang bisa berdiri berjam-jam. Buatlah peraturan pegawai dengan memposisikan dirimu pada posisi tersebut. Sehingga jika engkau tak mampu untuk melakukan, ya jangan kamu terapkan kepada pegawai mu juga. Setidaknya ingatlah, manusiakan manusia dimana engkau sendiri juga manusia bukan dewa.

Terakhir, untuk calon istri saya siapapun kamu. Maafkan saya di usia saya yang hampir menginjak 26 tahun (1 bulan lagi) saya belum memiliki pekerjaan tetap yang bisa menjamin kebahagiaan mu. Saya masih menganggur dan tidak tahu entah kapan akan menghalalkanmu. Memang mungkin kita belum dipertemukan. Hanya saja entah bagaimana, saya seringkali bingung jikalau saja tiba-tiba bertemu dengan mu dan saya masih tak memiliki apapun untuk membahagiakan mu. Jikalau saja bertemu dengan mu dan engkau ingin aku segera menghalalkan mu. Saya bingung harus berbuat apa nantinya. Harap ku do’a kan aku, jika engkau benar jodohku semoga kita dipertemukan dalam kondisi yang benar-benar mampu.[] 

Tidak ada komentar: