Sekarang pukul 23.00 WIB. Baru saja saya pulang dari
kegiatan training pekerjaan. Setelah apa yang saya alami saya sangat
berkeinginan untuk menuliskannya. Tepatnya semua berawal saat saya mendapatkan
undangan dari salah satu tempat dimana saya melamar pekerjaan. Undangan
tersebut terkirim pada hari Senin sekira pukul 14.00 WIB. Undangan tersebut
melalui pesan whatsapp, berbunyi mengharuskan saya hadir untuk training dan tes
pada hari itu juga pada pukul 16.00 WIB menggunakan sragam yang ditentukan yaitu
celana jeans hitam, kemeja ata kaos polo berkerah warna hitam, dan sepatu
casual. Jika berhalangan hadir diberikan toleransi kehadiran pada hari
berikutnya yaitu Selasa pukul 14.00 WIB dan saya memilih opsi kedua tersebut.
tambahan informasi di dalam info tersebut mengatakan, bagi yang bisa hadir pada
hari Senin akan memiliki kesempatan besar untuk diterima bekerja dari pada yang
hadir pada hari Selasa.
Saya melamar pekerjaan untuk posisi kasir pada salah
satu info lowongan pekerjaan. Info tersebut bersifat walk interview lalu
bertuliskan membutuhkan posisi Barista dan juga Kasir pada Cafe yang baru akan
di buka di kota tempat saya berdomisili. Saya tertarik pada lowker tersebut
sebab pertama, saya sudah memiliki pengalaman bekerja di dunia Food &
Baverages sebelumnya, selebihnya sebab saya memang sedang butuh pekerjaan
setelah kurang lebih 8 bulan menganggur dari pekerjaan terakhir saya. Walk
interview dilakukan pada hari Sabtu dan hari Senin saya sudah mendapat
informasi untuk melakukan tes dan training, seperti yang saya ceritakan di atas.
Saya mengira prosesnya setelah lolos interview akan dipanggil untuk melakukan
serangkaian tes lagi, sebelum nanti akhirnya jika dinyatakan lolos tes, akan diberikan
informasi mengenai diterima atau tidak sebagai pegawai, lalu membicarakan masa
training sesuai pekerjaan yang dilamar, gaji masa training, gaji pokok dan lain
sebagainya. Namun, ternyata itu hanya ekspektasi saya, proses yang sebenarnya
tidak seperti itu.
Saya memutuskan untuk datang hari Selasa sebab saya
belum memiliki seragam yang ditentukan oleh pihak penyelenggara untuk dikenakan
saat tes dan training. Oleh karena itu saya perlu berkordinasi dengan ibuk,
sebab jika di izinkan saya butuh sekian rupiah dari ibuk untuk membeli baju
sesuai yang sudah ditentukan. Ibuk akhirnya menyetujui, setelah saya berdiskusi
dengan beliau terkait baju yang saya butuhkan. Lalu beliau mengantarkan saya
untuk membeli celana hitam. Untuk kaos polo hitam berkerah saya memakai kaos
adik saya, yang dulu dia pernah beli untuk tes pekerjaan di alfamart namun
batal.
Seperti yang sudah ditentukan, kandidat yang akan
mengikuti tes dan training diharuskan hadir pada pukul 14.00 WIB on time, saya tiba di lokasi pukul 13.30
WIB lebih awal dari waktu yang ditentukan. Jarak dari rumah saya menuju lokasi
training tidak begitu jauh, kurang lebih 30-45 menit dengan kondisi traffic normal. Lokasi tempat training
merupakan salah satu francise outlet makanan khas indonesia yang sudah membuka
banyak cabang di beberapa kota di Indonesia(untuk selanjutnya dalam tulisan ini
kita sebut Outlet Hogsmeade saja). Bos
atau manager cafe tempat saya melamar, bekerja sebagai semacam supervisor area
untuk wilayah sidoarjo dan surabaya pada francise Outlet Hogsmeade tersebut. Singkatnya Si Bos selain bekerja sebagai
spv area, beliau juga ingin membuka usaha sendiri sejenis Cafe sejumlah 3
outlet. Oleh karena itu tes dan training dilakukan di lokasi tersebut, tempat
si bos bekerja sebagai spv area.
Menurut sedikit informasi yang saya dapat tes dan
training dilakukan selama 2 hari. Ekspektasi saya, selama training dan tes
tersebut saya akan di ajari melakukan pekerjaan Kasir atau Barista sesuai
posisi yang dilamar untuk mengisi posisi pegawai cafe yang akan dibuka. Sebelum
nanti akhirnya dinyatakan diterima sebagai karyawan atau gagal, lalu juga
diberi info penempatan dan juga grand opening cafe tersebut. Sebab dengan
adanya pandemi covid-19 manager outlet masih belum tahu kapan cafe bisa dibuka.
Sehingga mengharuskan menunggu informasi dari pemerintah setempat kapan kiranya
waktu yang pas dan aman untuk launching cafe tersebut.
Sebelum saya melakukan tes dan training saya diberi
intruksi oleh (mungkin) kapten yang ada di lokasi tersebut. Dia menjelaskan tambahan
informasi dan pekerjaan apa yang harus saya kerjakan saat itu. Informasi
tersebut mengatakan, saya akan training di sana selama 2 hari tanpa dibayar dan
akan mulai dibayar setelah masuk training hari ke tiga, sampai menunggu
informasi lebih lanjut kapan saya bisa ditempatkan di cafe, sebab untuk saat
ini cafe tersebut belum grand opening. Informasi mengenai berapa bayaran
(selama training) yang saya terima belum disampaikan (benar-benar less information), saya pun tidak berani
bertanya sebab takut di anggap terlalu berfokus pada gaji. Informasi tersebut
berlanjut tentang apa yang harus saya kerjakan selama training disana. Menurut
si kapten, training sebagai kasir bisa di ajarkan kapan saja (yang saya tidak
tahu kapan, mungkin saat senggang atau entahlah), sehingga saya bisa
mengerjakan pekerjaan lain terlebih dahulu (apapun itu).
Sampai tahap ini saya paham, mungkin yang dimaksud
tes dan training tersebut adalah, tes kesabaran dalam menahan ego dan training
kepekaan dalam mengerjakan pekerjaan apapun. Itu kesimpulan saya sebab pernah
mengalami, bahwa bekerja di bidang Food & Baverages itu harus mau
mengerjakan tugas apapun entah ngepel, nyapu, angkat-angkat dsb. Ego dan
kesabaran harus benar-benar di tekan. Sebab kebersihan, kerapian outlet menjadi
tanggung jawab bersama (team) sudah
bukan job desc perorangan (mungkin). Pressure
yang tinggi dari banyaknya pekerjaan diluar job desk menjadi tantangan bersama
dalam team. Hal tersebut pernah saya alami sebelumnya saat bekerja di cafe pada
tahun 2016-2017.
Sialnya pada hari itu tidak ada lagi kandidat
training selain saya sendiri. Menurut informasi yang saya dapat, hari
sebelumnya datang 6 orang kandidat. Harusnya jika sesuai intruksi training dan
tes 2 hari, mereka juga hadir pada hari ini saya hadir. Namun, entah diantara 6
orang tersebut tidak ada yang kembali lagi.
Intruksi pertama dari apa yang harus saya kerjakan
adalah menyapu lantai. Sebab menurut kapten, sejak pagi memang belum ada yang
menyapu. Intruksi berikutnya setelah sapu bersih adalah mengepel lantai. Ada
banyak sapu dan pel-pelan disana dan masing-masing sapu dan pel-pelan digunakan
sesuai tempatnya masing-masing, contoh sapu dan pel-pelan dapur berbeda dengan
yang digunakan untuk lorong, begitu juga untuk yang digunakan di lokasi para
customer duduk. Karena lokasi cukup lebar cukup untuk membuat saya berkeringat
dan juga ngos-ngosan. Tertawa malu dalam hati, mungkin Ini efek sudah terlalu
lama tidak melakukan fisik atau pekerjaan berat, sebab di rumah kerjaanya hanya
rebahan, makan dan tidur. Intruksi diberikan pukul 14.15 WIB lalu saya mulai
bekerja sesuai yang di intruksikan, menyapu, mengepel, merapikan meja dan kursi
yang sudah digunakan hingga pukul 15.30 WIB, selanjutnya saya diberikan kesempatan
untuk istirahat hingga pukul 16.15 WIB.
Menit demi menit saya nikmati waktu istirahat, baju
sudah kepalang basah oleh keringat. Lapar tidak berkeinginan, namun haus
benar-benar saya tahan. Kebetulan di situ ada galon air, sialnya saya tidak menemukan
gelas di situ. Sudah bertanya ke salah satu pegawai, namun tidak ada respon
dimana saya harus mendapatkan gelas, akhirnya haus hanya bisa saya tahan saja.
Istirahat hanya saya gunakan untuk bermain handphone dan ngisis, pukul 16.00 WIB saya mulai mencari tempat ibadah, fikir
saya mungkin air wudlu bisa sedikit memberikan sejuk dan duduk bersimpuh saat
ibadah bisa menghilangkan lelah.
Masuk 16.30 WIB saya mulai kembali lagi bekerja.
Kali ini intruksinya saya disuruh berdiri di depan pintu menyambut tamu datang,
untuk mengecek suhu badan dan juga memberikan handsanitizer sebelum memasuki
resto. Sebelum istirahat tadi sebetulnya saya sudah berada di depan, akan
tetapi saya duduk tidak berdiri sebab lelah setelah menyapu dan mengepel
lantai. Setelah istirahat, saya diberi warning tidak boleh duduk saat bekerja
(oleh salah satu pegawai), melainkan harus berdiri. Meskipun tidak ada tamu
yang datang, tetap harus berdiri di depan pintu sebab sudah aturan dari
manajemen. Hal tersebut didukung dengan cctv yang ada disitu, sebagai pengawas
(seakan) saya benar-benar tidak boleh duduk saat bekerja.
Jam berjalan sangat lambat. Tak dapat saya kira
bahwa berdiri saja merupakan hal yang sangat melelahkan dan menyulitkan. Selama
itu saya tak berani memandang jam tangan, sebab semakin saya sering melihat jam
rasanya semakin lama pula waktu berjalan. Haus mulai tak tertahan, otak mulai
berfikir dimana saya bisa mendapatkan minuman, hingga muncul satu ide. Pada
akhirnya saya paksakan untuk melihat jam tangan dan waktu menunjukan pukul
17.30 WIB. Dalam hari berkata, “15 menit lagi saya pamit untuk beribadah, dan
mengeksekusi ide untuk memuaskan dahaga”. Tepat pukul 17.45 WIB saya pamit
beribadah. Menuju tempat wudlu, membasuh tangan, lalu membuat tangan seolah
membentuk sebuah wadah, dan selanjutnya dengan bacaan bismillah satu, dua, tiga
kali saya teguk air keran. Fikir saya 3 teguk akan cukup untuk beberapa jam
kedepan hingga jam pulang pada pukul 22.00 WIB. Jangan tanya puasnya bagaimana,
jangan berfikir soal kotor atau mentahnya. Sebab yang saya lihat saat itu hanya
sifatnya, sifat dari air sebagai pelepas dahaga.
Pukul 18.00 WIB saya kembali ke posisi, berada di depan
pintu sembari membawa alat pengukur suhu dan handsanitizer. Ada satpam datang,
saya hampiri untuk mengajaknya ngobrol satu dua kecap. Namun pak satpam malah
memperingati, agar saya tetap diposisi saya berdiri. Sebab di tempat satpam dan
di dekat parkiran ada cctv yang mengawasi, akhirnya saya kembali ke posisi dan
percakapan dengan pak satpam hanya sekedar senyuman dan peringatan saja.
Mungkin dia sedang sibuk dengan handphone nya, atau saya yang sok akrab mencoba
untuk berkenalan.
Jam terus berjalan, namun begitu sangat lambat yang
saya rasa. Pikiran melayang kemana saja. Membuat saya teringat kisah seorang
teman yang saya panggil Mami, pernah juga bertugas sebagai pembuka pintu atau
penyambut tamu saat ada pengunjung yang datang di restoran franchise terkenal
amerika tempat dia bekerja. Dia sampai harus mencari-cari waktu yang pas untuk
ke kamar mandi hanya agar bisa duduk. Ada juga teman yang lain, Robi namanya.
Dia bekerja di salah satu swalayan (dimana jika ada swalayan A pasti ada
swalayan B di dekatnya), namun memilih untuk resign sebab tidak kuat bekerja
dengan terus berdiri berjam-jam pungkasnya.
Dari apa yang sedang saya alami saat itu, ditambah
beberapa pengalaman dari orang lain tersebut membuat saya memikirkan bahwa,
sepertinya ada banyak sekali jenis pekerjaan dimana mengharuskan pekerjanya
terus berdiri selama jam kerja berlangsung. Penerima tamu di hotel-hotel atau
penginapan, pak satpam di beberapa bank yang biasa membukakan pintu, kasir
swalayan, penerima tamu di beberapa resto atau rumah makan, tempat oleh-oleh
dan banyak lain sebagainya.
Pertanyaan saya kepada kalian yang bekerja pada
posisi tersebut, apakah kalian merasakan yang saya rasakan? Apakah kalian juga
pernah merasa sangat lelah dan capek, berdiri berjam-jam selama kurang lebih 8
jam? Apakah kalian memang ditugaskan untuk terus berdiri tanpa boleh duduk saat
bekerja? Apakah kalian juga mencuri-curi waktu (hanya untuk duduk) tanpa
terlihat cctv? Apakah kalian sempat merasa berat dihati sebab rasa njarem saat berdiri secara terus
menerus? Jika iya mungkin kita sama. Sebagai kategori pengeluh dan penggerutu
dan juga lemah. Jika tidak, saya salut kepada kalian. Kalian begitu kuat, sabar
dan tabah menjalani itu. Kuat berdiri berjam-jam tanpa melakukan apa-apa. Hanya
sebatas menyambut tamu yang hadir. Saya sungguh kagum dan salut kepada kalian.
Tambahan tugas lain mengiringi sepanjang waktu. Merapikan
dan mebersihkan meja setelah pengunjung pulang. Mengelap meja yang kotor,
mengepel lagi, menyapu lagi, menyapu halaman depan berpaving yang kotor oleh
dedaunan kering. Mengepel lorong ruang pegawai. Mencuci tempat cucian piring.
Menyabun timba kotor bekas sisa-sisa kuah makanan atau minuman yang tidak habis
(saat closing). Mencuci barang-barang kotor saat sudah closing. Menyapu lagi.
Mengepel lagi. Menggosok meja juga sebelum closing, dsb. Tugas tersebut datang
bergantian dari satu, dua pegawai yang meminta tolong mengerjakannya. Kebetulan
Outlet Hogsmeade tersebut memiliki sekitar
5-6 pegawai. 2 di antaranya laki-laki, bertugas sebagai kasir satu, dan kapten
satu, sisanya para perempuan. Jika tidak ada yang menyuruh saya melakukan
hal-hal tersebut, tugas saya kembali ke depan pintu sebagai penerima tamu
skaligus scanning suhu badan.
Melakukan hal-hal tersebut tidak membuat saya sulit.
Meski sedikit merasa lelah dan basah saat mengerjakannya, sebab sudah lama
tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut dalam jumlah banyak dan harus
sekali waktu dikerjakan. Akan tetapi yang membuat saya kesulitan adalah saat
dimana saya harus kembali berdiri diam di depan pintu menunggu para tamu. Bukan
saat mengerjakan pekerjaan lain seperti mengepel, menyapu, mencuci dan lain2.
Lelah dari mengerjakan pekerjaan lain, menjadi
sangat lelah saat setelah mengerjakan (pekerjaan lain) harus kembali berdiri
lagi bukan duduk atau pun istirahat. Rasanya jam berputar selisih 30 menit
sekali, tiap saya melihatnya. Saat kembali berdiri (lagi) fikiran kembali
berkecamuk. Debat dengan entah siapa yang berbicara di dalam diri saya, sebab
rasa haus membuat saya semakin tak kuasa. Berdebat antara terus bertahan dan
menyerah. Banyak keputusan yang kala itu akan berakhir nekat jika saya
melakukannya. Keputusan pertama, langsung pamit kepada kapten lalu mengundurkan
diri dari training. Keputusan kedua, meminta minum atau jika harus beli saya
akan beli. Keputusan ketiga, jika meminta minum tidak di beri saya nekat pamit
pergi. Akhirnya setelah mengepel lantai untuk yang entah keberapa, saya nekat
meminta minum. Untungnya saya menemukan gelas kotor bekas kopi yang entah milik
siapa, saya cuci dan saya gunakan minum. Gelas tersebut berukuran sekitar 2-3
liter air, saya isi full lalu saya minum dengan satu kali minum. Setelahnya
saya kembali ke pos saya, dimana saya harus berdiri lagi.
Saya beri gambaran bagaimana rasanya saat berdiri.
Dibeberapa bagian tubuh menjadi terasa denyutnya. Kalo dalam bahasa jawa itu njarem, entah apa bahasa indonesianya.
Tumit rasanya berdenyut, betis rasanya seperti bengkak. Akhirnya saya buat
gerak bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri. Sesekali berjalan ke kanan
lalu berjalan ke kiri seperti model yang sedang memperagakan busana. Jika pun
tak malu mungkin saya sudah membuat video tiktok atau joget jamet yang lagi
viral untuk melupakan rasa capeknya kaki. Begitulah saya mengkontruksi otak,
dengan membayangkan sedikit komedi untuk bertahan sampai jam pulang datang. Selebihnya
pinggang bagian belakang terasa pegel, mungkin sebab sering membungkuk saat
menyapu atau mengepel.
Dalam usaha melupakan rasa njarem pada kaki, hati pun terus berdebat. Perihal terus
melanjutkan training atau tidak untuk keesokan harinya. Sebab seperti intruksi
si kapten, 2 hari pertama tidak di gaji, akan digaji jika masuk hari ke 3
sampai tiba masa penggajian dengan nominal gaji yang saya juga belum tahu. Sejujurnya
saya sudah tak ingin lanjut, sebab tak kuat dengan tugas berdiri depan pintu
yang diberikan, selain itu saya tak merasa keberatan. Akan tetapi diri saya merasa
malu, sebab ibu sudah mengupayakan sampai harus keluar uang untuk membelikan
saya celana jeans hitam.
Keberuntungan berpihak kepada saya, sebab malam itu
toko tutup lebih awal pukul 9 malam.
Sehingga pukul 20.00 WIB saya sudah tidak
berada di depan pintu akan tetapi membantu pegawai yang lain untuk closing.
Melakukan apapun pekerjaan yang belum dikerjakan sesuai yang diminta pegawai
lain untuk lakukan. Sepulang dari lokasi training saya mampir di indomaret, membeli
es kopi susu sembari memikirkan keputusan saya. Sebetulnya saya pun malu untuk
pulang. Tak tahu harus menjelaskan apa kepada ibu besoknya. Meski saya
sebenarnya sudah memikirkan alasan untuk berbohong. Mengatakan bahwa training
hanya sehari, selanjutnya nanti dikabari melalui whatsapp oleh pihak terkait
perihal keputusan diterima atau ditolak. Rencana tersebut akan saya gunakan,
sebab saya merasa tak mampu untuk menjelaskan alasan sebenarnya, dimana saya
tidak kuat jika diharuskan bekerja dengan berdiri selama berjam-jam.
Ini adalah kali kedua saya membuat apa yang di
upayakan ibu berakhir sia-sia. Sebelumnya ibu mengupayakan uang senilai 170.000
untuk tes kesehatan dan ronsen dada sebagai persyaratan seleksi pekerjaan di
pabrik. Uang tersebut terbuang sia-sia sebab pada akhirnya saya memutuskan
untuk tidak melanjutkan. Cerita selengkapnya ada pada tulisan lain berjudul
Folder No 92. Dua pekerjaan dimana ada upaya ibu di dalamnya namun tak berakhir
dengan semestinya sesuai yang diharapkan.
Dalam kesempatan lain juga pernah saya lakukan,
sebut saja menolak rejeki. Setelah membaca paragraf ini kalian boleh dengan
bebas menilai apapun yang bisa kalian nilai tentang diri saya. Jika tidak lupa
saya pernah menolak atau membuat saya di tolak pada beberapa kesempatan
pekerjaan yang hampir menerima saya.
Pertama pada bulan Desember 2019 setelah libur
natal, saya mendapat panggilan interview di mangga dua surabaya sebagai staff
finance. Lolos tes tahap interview dan berlanjut psikotes namun saya tidak
hadir. Sebab saat interview sebelumnya, seseorang yang menginterview saya
berkata, “kalo tidak pernah dipakai terus buat apa ini? (membanting berkas
ijasah saya ke tumpukan kertas tak terpakai), dibuang saja ya seperti berkas
lain yang tidak lolos seleksi, sia-sia kamu kuliah bahasa namun tak pernah
digunakan”.
Kedua saya pernah mengikuti walk interview sebagai
Staff Purchasing. Meski tidak sesuai background ijasah, saya memiliki sedikit
kualifikasi seperti yang ditentukan. Interview berakhir dengan saya dinyatakan
gagal untuk posisi staff purchasing, akan tetapi saya diberi tawaran untuk
menempati posisi staff marketing dengan nominal gaji awal 2.5jt, training 1
bulan. Namun pada akhirnya saya melewatkan kesempatan itu, dengan dalih saya
merasa tak mampu minder untuk bekerja di bidang marketing. Apa lagi barang yang
harus saya pasarkan berupa mesin.
Ketiga di Resto Quali Jember, saya melamar sebagai
Assisten Supervisor. Interview pertama lolos, interview kedua juga lolos.
Selanjutnya di undang untuk melakukan interview dengan pihak HRD. Bodohnya kala
itu saya tidak datang sebab sudah ada janji acara dengan anak-anak HPI.
Kebutuhan bertarung melawan kebersamaan, kebutuhan finansial & menjaga
janji dengan kawan dekat. Sehingga saya jujur minta reschedule, dan mereka
berkata akan menyanggupi. Namun, sampai detik ini saya tidak dihubungi sama
sekali.
Keempat di Cafe Senja di Jember, saya melamar
sebagai kitchen. Mendapat undangan interview melalui whatsapp. Namun saya tidak
bisa hadir. Sebab ibu tidak mengizinkan saya untuk pergi ke jember. Mungkin
sebab kala itu ibu belum memiliki uang. Sedangkan transportasi kereta atau bis
tidak cukup dengan 100 ribu saja. Kelima dan keenam merupakan kejadian dimana
upaya ibu terbawa di dalamnya.
Terkait dengan kisah saya, saya ingin titip pesan
bagi kalian. Mungkin kalian kelak merupakan seorang atasan, atau bos, atau
manager atau apalah itu. Saya sampaikan, pekerjaan dengan hanya berdiri selama
8 jam kerja itu merupakan hal yang sulit dan tidak mudah untuk dilakukan. Jangan
lah dibuat peraturan yang kaku seakan membuat pegawai takut untuk sekedar duduk
sebab ada pantauan cctv. Berikanlah keluwesan namun tetap tertib, sebab
bagaimana pun pegawaimu juga manusia, bukan robot selamat datang yang bisa
berdiri berjam-jam. Buatlah peraturan pegawai dengan memposisikan dirimu pada
posisi tersebut. Sehingga jika engkau tak mampu untuk melakukan, ya jangan kamu
terapkan kepada pegawai mu juga. Setidaknya ingatlah, manusiakan manusia dimana
engkau sendiri juga manusia bukan dewa.
Terakhir, untuk calon istri saya siapapun kamu.
Maafkan saya di usia saya yang hampir menginjak 26 tahun (1 bulan lagi) saya
belum memiliki pekerjaan tetap yang bisa menjamin kebahagiaan mu. Saya masih
menganggur dan tidak tahu entah kapan akan menghalalkanmu. Memang mungkin kita
belum dipertemukan. Hanya saja entah bagaimana, saya seringkali bingung jikalau
saja tiba-tiba bertemu dengan mu dan saya masih tak memiliki apapun untuk
membahagiakan mu. Jikalau saja bertemu dengan mu dan engkau ingin aku segera
menghalalkan mu. Saya bingung harus berbuat apa nantinya. Harap ku do’a kan
aku, jika engkau benar jodohku semoga kita dipertemukan dalam kondisi yang
benar-benar mampu.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar