Menilai
karakter seseorang tidak bisa di lihat hanya dari penampilan saja, mungkin itu
yang tercetus dalam fikiran ketika aku melihat seorang teman yang tak lama ku
kenal, walaupun tidak jarang penghakiman sosial dalam masyarakat ketika menilai
penampilan sosial seseorang.
Seperti
halnya penampilan berkopyah dengan baju koko yang di kenakan, masyarakat akan
menganggap sosok seperti itu sebagai orang yang alim dan sering keluar masuk
masjid. Selain itu penampilan urakan dengan kaos dan celana jeans sobek-sobek,
masyarakat dengan cepat menganggap sosok itu sebagai preman.
Dia
temanku merupakan salah satu pengurus tertua dalam UKPKM Tegalboto, dalam
artian berada pada tingkatan menjelang kelulusan juga dalam angkatan ketika ku
di angkat masuk dalam kepengurusan.
Umi
Agustin, sosok orang sederhana. yah sederhana ketika pertama kali kau
mengenalnya, semakin jauh mengenalnya semakin sederhana untuk mengerti seperti
apa dia, walaupun terkadang sering membuatku mengernyit kan dahi juga garuk
garuk kepala ketika berbicara denganya.
Predikat
anak bungsu dalam keluarga, membuatku tidak heran jika sosok seperti Umi
terkadang sering membuat orang bingung ketika berada di dekatnya. Juga sifat
urakan di balik kerudungnya, tidak serta merta menjadikanya sosok yang hanya selenge’an saja, karena Umi tahu dimana
dia harus menempatkan dirinya, dalam hal keseriusan juga gurauan. Kecakapan
dalam berkomunikasi juga sedikit keahlian gambar yang di miliki menjadi nilai
tersendiri di mata teman-teman di sekitarnya
Dia
berkerudung dengan tipe kerudung biasa, walaupun pernah dalam suatu acara
tampak seperti ibu-ibu pulang dari pengajian, dengan model kerudung hijab -yang
aku tak tahu bagaimana itu modelnya- pakaian muslimah dengan rok yang selalu
menyapu jalanan, berjalan nyeker dengan
tangan kiri menjinjing sepatu dan tangan kanan menjinjing rok. itulah Umi
dengan sosok ibu-ibu pengajian yang terhadang banjir di tengah jalan ketika
perjalanan pulang.
Dengan
menilai penampilannya, semua orang akan menganggap Umi sebagai sosok yang
sangat feminim, walaupun terkadang feminimnya sering membuatku tertawa. Dia pun
mengaku jika dia termasuk wanita yang feminin, walaupun dulu mempunyai sejarah
sebagai sosok wanita yang tomboy. Andalanya kemana-mana hanya mengenakan kaos
oblong, hem, dan celana panjang. yang juga sangat anti dengan yang namanya rok
dan juga dandan.
Itu yang di katakan Umi ketika aku bertanya tentang apa itu feminin. karena menurutnya perempuan itu identik dengan tata tutur yang lembut, manis, juga berpenampilan rapi tidak menyerupai lelaki.
Selain
itu, arti kata feminin menurut umi bukanlah sosok wanita yang berkerudung, lalu
karena kerudungnya itu dia mendapat predikat sebagai wanita feminin, yang
membedakan feminin dengan tomboy hanyalah lebih kepada perilaku dan tampilan,
karena tidak sedikit juga seorang wanita yang tomboy dengan tingkah khas
kelaki-lakianya mereka mengenakan kerudung, begitu juga sebaliknya.
Penampilan
Umi berubah saat ketika dia sudah memiliki teman pria, teman dengan hubungan
pertemanan yang sedikit lebih intim dari pada hanya berteman. Sedikit cerita,
mereka berdua saling kenal karena berkecimpung di dunia yang sama-sama di
geluti oleh mereka. Sejak saat
itu sosok Umi berubah mungkin 1800 karena walaupun sudah feminin dari
sebelumnya terkadang dia tetap konyol dan tidak jelas.
Meskipun
berubah menjadi feminin tidak serta merta merubah sosok Umi yang tomboy
tiba-tiba menjadi sosok putri bangsawan Solo, akan tetapi dia tetaplah Umi
ketika masih urakan. Perubahan itupun bukan lah sebab hadirnya seseorang dalam
kehidupanya, melainkan sudah ada niat tuk berubah jauh sebelum mengenal sosok
pria tersebut.
Kuliah
di jurusan Administrasi Negara tidak membuat Umi menutup diri untuk tidak
berorganisasi, karena dia tetap bertahan dalam tiga periode kepengurusan di
UKPKM Tegalboto. Walaupun akhir-akhir kepengurusanya saat ini, sering di
bingungkan oleh skripsi yang sedang di gelutinya.
Mungkin
itu sedikit cerita yang bisa aku ambil dari sosok Umi Agustin, seorang wanita
dengan kesederhanaan yang membutuhkan kesabaran ketika sudah mengenalnya. entah
ketika aku membahasnya dalam tulisan ini membuatnya bersin tiada henti.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar