Rabu, 12 Februari 2014

Aku Berjilbab, Tetaplah AKu



Menilai karakter seseorang tidak bisa di lihat hanya dari penampilan saja, mungkin itu yang tercetus dalam fikiran ketika aku melihat seorang teman yang tak lama ku kenal, walaupun tidak jarang penghakiman sosial dalam masyarakat ketika menilai penampilan sosial seseorang. 

Seperti halnya penampilan berkopyah dengan baju koko yang di kenakan, masyarakat akan menganggap sosok seperti itu sebagai orang yang alim dan sering keluar masuk masjid. Selain itu penampilan urakan dengan kaos dan celana jeans sobek-sobek, masyarakat dengan cepat menganggap sosok itu sebagai preman.

Dia temanku merupakan salah satu pengurus tertua dalam UKPKM Tegalboto, dalam artian berada pada tingkatan menjelang kelulusan juga dalam angkatan ketika ku di angkat masuk dalam kepengurusan.

Umi Agustin, sosok orang sederhana. yah sederhana ketika pertama kali kau mengenalnya, semakin jauh mengenalnya semakin sederhana untuk mengerti seperti apa dia, walaupun terkadang sering membuatku mengernyit kan dahi juga garuk garuk kepala ketika berbicara denganya. 

Predikat anak bungsu dalam keluarga, membuatku tidak heran jika sosok seperti Umi terkadang sering membuat orang bingung ketika berada di dekatnya. Juga sifat urakan di balik kerudungnya, tidak serta merta menjadikanya sosok yang hanya selenge’an saja, karena Umi tahu dimana dia harus menempatkan dirinya, dalam hal keseriusan juga gurauan. Kecakapan dalam berkomunikasi juga sedikit keahlian gambar yang di miliki menjadi nilai tersendiri di mata teman-teman di sekitarnya

Dia berkerudung dengan tipe kerudung biasa, walaupun pernah dalam suatu acara tampak seperti ibu-ibu pulang dari pengajian, dengan model kerudung hijab -yang aku tak tahu bagaimana itu modelnya- pakaian muslimah dengan rok yang selalu menyapu jalanan, berjalan nyeker dengan tangan kiri menjinjing sepatu dan tangan kanan menjinjing rok. itulah Umi dengan sosok ibu-ibu pengajian yang terhadang banjir di tengah jalan ketika perjalanan pulang.

Dengan menilai penampilannya, semua orang akan menganggap Umi sebagai sosok yang sangat feminim, walaupun terkadang feminimnya sering membuatku tertawa. Dia pun mengaku jika dia termasuk wanita yang feminin, walaupun dulu mempunyai sejarah sebagai sosok wanita yang tomboy. Andalanya kemana-mana hanya mengenakan kaos oblong, hem, dan celana panjang. yang juga sangat anti dengan yang namanya rok dan juga dandan.

Feminin itu lebih ke bagaimana seharusnya perempuan”. 

Itu yang di katakan Umi ketika aku bertanya tentang apa itu feminin. karena menurutnya perempuan itu identik dengan tata tutur yang lembut, manis, juga berpenampilan rapi tidak menyerupai lelaki.
 
Selain itu, arti kata feminin menurut umi bukanlah sosok wanita yang berkerudung, lalu karena kerudungnya itu dia mendapat predikat sebagai wanita feminin, yang membedakan feminin dengan tomboy hanyalah lebih kepada perilaku dan tampilan, karena tidak sedikit juga seorang wanita yang tomboy dengan tingkah khas kelaki-lakianya mereka mengenakan kerudung, begitu juga sebaliknya.

Penampilan Umi berubah saat ketika dia sudah memiliki teman pria, teman dengan hubungan pertemanan yang sedikit lebih intim dari pada hanya berteman. Sedikit cerita, mereka berdua saling kenal karena berkecimpung di dunia yang sama-sama di geluti oleh mereka. Sejak saat
itu sosok Umi berubah mungkin 1800 karena walaupun sudah feminin dari sebelumnya terkadang dia tetap konyol dan tidak jelas. 

Meskipun berubah menjadi feminin tidak serta merta merubah sosok Umi yang tomboy tiba-tiba menjadi sosok putri bangsawan Solo, akan tetapi dia tetaplah Umi ketika masih urakan. Perubahan itupun bukan lah sebab hadirnya seseorang dalam kehidupanya, melainkan sudah ada niat tuk berubah jauh sebelum mengenal sosok pria tersebut.

Kuliah di jurusan Administrasi Negara tidak membuat Umi menutup diri untuk tidak berorganisasi, karena dia tetap bertahan dalam tiga periode kepengurusan di UKPKM Tegalboto. Walaupun akhir-akhir kepengurusanya saat ini, sering di bingungkan oleh skripsi yang sedang di gelutinya. 

Mungkin itu sedikit cerita yang bisa aku ambil dari sosok Umi Agustin, seorang wanita dengan kesederhanaan yang membutuhkan kesabaran ketika sudah mengenalnya. entah ketika aku membahasnya dalam tulisan ini membuatnya bersin tiada henti.[]

Tidak ada komentar: