Hai Januari..
Jangan pergi dulu, beri aku sedikit waktu guna merangkum 31 hari kehidupanku pada bulanmu. Tampaknya memang tak penting, tapi setidaknya aku merekam ingatan ini menjadi memori tulisan.
Awal tahun 2022 semua tertulis pada Warmindo Mastrip. Melalui denting sendok dan garpu, pada semangkun penuh mie yang gagal aku habiskan.
Bukan sebab apa, perutku terlanjur mulas untuk menghabiskan kenikmatan dalam semangkuk putih. Hingga, memaksa dia untuk menghabiskan makanannya, lalu aku ajak ia pergi. Beruntung aku menemukan toilet masjid, tempatku mandi dulu saat masih aktif menjadi aktivis.
Yah, benar..
31 Desember - 01 Januari kami terlibat kisah yang tak seharusnya terangkai dalam kehidupan di dunia.
Ingatanku kembali berputar, sembari menahan kram saat jongkok di kamar mandi.
Tidak ada yang istimewa pada tanggal-tanggal setelahnya, sebab aku tak sabar untuk segera tiba pada tanggal 14 Januari.
14 Januari - 17 Januari
Aku berkunjung ke Jawa Tengah, bertandang di kota Kerinduan, Yogyakarta.
Menggunakan Mutiara Timur, salah satu kereta kelas ekonomi dalam rangkaian gerbong eksekutif dan bisnis. Hanya kebetulan semata, mendapat tiket free dari teman dekat untuk mengunjunginya.
Sebetulnya aku bukan termasuk golongan penumpang yang mampu untuk membeli tiket kereta di atas harga 100k. Banyak sekali pertimbangan, karena bagi saya tingkat pelayanan kereta ekonomi antar kota sudah sangat memuaskan dan membuat saya nyaman. Hanya saja, saat itu pertimbangannya saya bisa lebih lama berada di kota tersebut dengan menggunakan kereta malam untuk perjalanannya.
Bersama rekan, saudara atau adik. Dia menjadi guide selama berada di Jogja. Banyak tempat saya kunjungi, pun banyak renungan saya lewati selama berada di sana. Pertimbangan muncul satu persatu, tentang hidup, tentang segala hal yang menjadi kebingungan semua manusia pada umumnya. Termasuk yang saat itu terjadi padaku.
Sialnya, sampai baris ini waktu sudah menunjukan pukul 23.56 WIB, saya gagal atas rencana memposting tulisan ini pada tanggal 31 Januari.
Apa yang terjadi di Jogja, biarlah tetap tertinggal di sana. Banyak hal yang pada akhirnya mendewasakan otak dan hati. Banyak jalan atas sederet keputusan ekstrim yang harus diambil. Beriring konsekwensi yang juga harus di hadapi.
Jogja, terima kasih..
Candi Ratu Boko, mitosmu benar terjadi dan secara nyata aku alami.
Waktu berjalan lagi, sama persis seperti saat ini yang sudah menunjukan pukul 23.59 WIB.
Tepatnya sekarang sudah 01 Februari, selamat hari raya imlek teman-teman.
Kisahku setelahnya menjadi sangat random. Banyak kerjaan terbengkalai, keuangan mulai tak terkontrol, hutang mulai membengkak, meski tanpa ada yang menagih, tapi nominal uang yang begitu besar akan cukup menghantui, tentang bagaimana akan bisa terlunasi.
16, 17, 19, 20 Januari.
Keributan mulai muncul. Perenunganku harus sudah disikapi dengan mengambil keputusan tegas. Obrolan pada 20 Januari membuka sebuah keputusan dengan konsekwensi yang tidak mudah.
Aku berharap dia akan tetap baik-baik saja. Bisa kembali pada jalan kehidupan yang sudah semestinya dia pilih. Memaksanya untuk tidak mempedulikanku, menjauhiku dan belajar untuk memulai kembali kehidupannya secara nyata, tanpa harus tersakiti olehku yang sudah terlanjur menjerumuskannya.
Hai orang baik, semoga kelak bisa ketemu dengan keadaan yang baru tanpa ada tautan yang tidak perlu. Aku butuh beranjak dan kamu haru benar-benar bergerak. Kita harus bisa kembali seperti semula awal kita saling kenal. Sekali lagi, terima kasih banyak.
Hari dan tanggal terus berlanjut dan beranjak..
Sampai pada kabar yang kurang mengenakkan terdengar..
26 Januari 2020
Seorang kawan mengirim pesan haru. Membuatku teringat yang terjadi pada tanggal 13 Desember kala itu.
Kamu benar-benar telah resmi untuk 'membeli tiket pulang'
Pesanmu membuatku khawatir..
Tentunya jika kau begitu, bisa jadi aku juga sama. Aku setengah ketakutan membayangkan jika itu juga terjadi padaku. Aku belum siap, benar-benar tak bisa berpikir jika benar nyatanya kondisiku juga tak jauh berbeda denganmu. Harapku Tuhan benar-benar masih memberikanku kesempatan kedua.
Aku sadar, sudah terlampau jauh aku bermain. Mungkin sudah terlanjur masuk aku ke dalam hutan yang terus membuatku penasaran. Namun, kali ini aku benar-benar lelah. Ketakutanku akan yang terjadi pada seorang kawan di Banyuwangi, selalu membuatku resah dan belum bisa bernapas dengan lega. Segera, aku harus melihat kondisiku lalu berusaha menerima dengan ikhlas hasilnya.
Ah Tuhan, tolong..
Beri saya kesempatan ke dua..
Waktu berjalan beriring kegelisahan yang tak kunjung hilang. Hati sudah berdamai, tetapi otak membuatku resah tak karuan.
27-28 Januari
Tepatnya aku lupa..
Mulai bercerita pada seorang kawan di Malang. Padanya, semua kegelisahan terucapkan tanpa sedikitpun terpotong.
Terima kasih..
Meski ada juga yang masih aku tahan.
Maaf kawan, nanti kamu pasti akan aku beri tahu.
31 Januari
Banyak pelajaran pada bulan ini. Tepatnya ini adalah bulan untuk menyudahi dan melepaskan.
Sialnya bertemu dengan orang aneh, melakukan trik pencemaran identitas, menyebarkan hal yang disebut orang aib. Membuatku bertindak lebih waspada tanpa ingin mengulanginya.
Asing tetaplah asing karena tidak semua manusia memiliki niat baik pada akhirnya.
Bulan berikutnya, harapku bisa tetap dan terus menjaga apa yang sudah seharusnya berjalan. Lalu menghentikan apa yang sudah tidak semestinya untuk dijalankan. Banyak sekali kode Tuhan, sayangnya dulu sangat sering aku acuhkan.
Hai orang-orang baik..
Kalian tetap orang-orang baik..
Pergiku, hilangku, tak akan berpengaruh pada kehidupan kalian..
Malah, ketidakhadiranku akan menjadi yang terbaik antara aku dan kalian..
Semoga kelak Tuhan bisa mempertemukan jika memang harus bertemu.
Pun semoga Tuhan masih berwelas asih kepada saya, seorang hamba yang tidak tahu diri setelah semua yang sudah terjadi. Malah sekarang meminta belas kasih, ketika dulu sama sekali lupa untuk berterima kasih.
Terima kasih Januari
Selamat datang Februari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar