Minggu, 24 September 2023

Marijo Mangli, Warkop Pinggir Rel Kereta Api


S
untuk. Mungkin juga bisa disebut sebagai burnout, atau apalah itu suatu kondisi di mana sering kali saya rasakan dikala benar-benar sedang bosan. Bosan dengan tingkatan yang tidak bisa ditampung atau bahkan diutarakan. Fase ini yang sering saya rasakan menjelang usia kepala tiga di mana juga belum memiliki sandaran. Tidak bisa dipungkiri, jika setiap manusia selalu membutuhkan sosok teman di kala sedang merasakan kesendirian. Bisa dikatakan sebab sudah menjadi sifat dasar manusia bahwasanya mereka adalah makhluk sosial. 

Tiap manusia selalu punya cara untuk bagaimana mereka menghalau kebosanan. Menepis jauh sebuah rasa akan sepi. Memungkiri sebuah keadaan yang seringkali disebut bahwa 'sendiri itu menyenangkan'. Di luar konteks ekstrovet atau introvet, pada keadaan tertentu kalian tetap akan mengharapkan kehadiran seseorang di samping kalian. Entah sekedar untuk menemani, meski tidak saling berbicara. Atau sekedar untuk mendengarkan keluh kesah saja. 

Seperti yang sedang saya rasakan saat ini. Pada keadaan seperti ini, banyak hal bisa saya lakukan untuk menepis rasa sepi atau bosan yang datang. Nonton layar lebar, motoran tanpa arah dan tujuan, menghabiskan waktu marathon anime, kuliner di tempat yang agak jauh, sampai mencari tempat ngopi dengan vibes menyenangkan sembari menuliskan keresahan. Jika memiliki dana yang cukup, baru lah memutuskan tujuan gunung mana yang cocok untuk disambangi. Maklum, kesenangan mendaki gunung sedang hangat-hangatnya saya gemari.

Kali ini, sembari membuang sisa-sisa keresahan menjadi sebuah tulisan, saya singgah di Marijo Mangli. Sebuah warung kopi yang tidak jauh dari keramaian, tetapi juga tidak riuh ramai oleh pengunjung yang datang. Lokasinya tepat berada di belakang Alfamart Mangli, jalan arah menuju gudang Bulog. Tepat empat kali hari ini saya menyambangi warung kopi ini. Warkop ini hanyalah warkop biasa pada umumnya, hanya saja vibes yang dihadirkan di sini membuat saya senang untuk kembali. Alasannya, tak lain dan tak bukan sebab lokasinya berada di samping rel kereta api. 

Sembari menikmati rokok, bersanding kopi tubruk yang tidak terlalu manis, di iringi suara kereta api yang lewat, benar-benar sangat menenangkan. Hiburan saya sesederhana itu. Namun, tetiba saya khawatir dengan kondisi yang menenangkan ini. Sebab selama beberapa kali ke sini, bangku pengunjung tidak pernah sampai penuh terisi. Seringnya hanya terlihat empat sampai lima bangku saja yang ditempati pengunjung. Bahkan saat menulis ini, pengunjungnya hanya saya seorang. 

Sebagai seseorang yang pernah bekerja di warung kopi. Ramainya pengunjung seringkali menjadi harapan tersendiri, meski tak dipungkiri jika ramainya juga setara dengan lelah yang hadir menghampiri. Namun, benar-benar akan menjadi pertimbangan tertentu jika keadaan yang sepi sampai terjadi berulangkali. Mengenai keberlangsungan usia sebuah warung kopi untuk bisa tetap eksis menghadapi kondisi yang sedang sepi. 

Sebagai pengunjung warkop yang bersanding dengan rel kereta api, tentunya saya berharap Marijo Mangli bisa tetap ada sampai kapanpun nanti. Sebab, warkop ini bak penyelamat manusia-manusia yang sedang mencari perenungan dalam kabutnya pemikiran yang menghiasi. Meski bukan bertemakan warkop kekinian, bagi kalian yang suka ngopi dengan vibes perenungan, ini adalah tempat yang pas. 

Teruntuk mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas atau skripsi sembari ngopi, harusnya kalian tahu tempat ini. Terutama bagi teman-teman yang sedang berkuliah di UIN KHAS. Mungkin saja lokasi ngopi kalian sudah mulai menjenuhkan dan hanya itu-itu saja, cobalah mampir kemari. Harapnya dengan kehadiran mahasiswa (saat saya sedang ngopi di situ) saya bisa mendengarkan celoteh kalian entah berdiskusi, membicarakan UKT, menghibahkan dosen-dosen killer, tugas kuliah menjemukan atau membicarakan sebuah aksi guna memprotes kebijakan yang timpang. 

Oh, iya, terkait jam buka, Marijo Mangli buka dari sebelum maghrib hingga tengah malam. Tempat parkir motor, wifi, kamar mandi sudah available. Makanan ringan seperti kentang goreng, singkong, mie, mereka sediakan. Minuman panas dan dingin juga ada. Harga terjangkau, tidak akan sampai menguras kantong. Colokan juga ada mungkin kalian mau bawa laptop atau main game bersama kawan.

Ah, intinya apapun itu. Semoga Marijo Mangli bisa tetap eksis, sehingga saya tidak bingung lagi mencari tempat ngopi baru dengan kondisi yang sama. Setidaknya, saya tidak harus jauh-jauh mencari tempat ngopi di wilayah Unej dan sekitarnya.[] 

Tidak ada komentar: