Selasa, 22 Desember 2015

Surat Pertama Untuk Bundaku



Aku baru saja bangun dari tidur, dan sama seperti kemarin aku bangun kesiangan lagi bu, sebab semalam terlalu asyik memainkan game online tanpa menghiraukan waktu. Namun, ini karena sedang dalam kondisi libur minggu tenang, oleh karena itu aku berani melakukannya. Bermain game online sampai dini hari, lalu baru beranjak berangkat tidur saat sudah mendekati shubuh atau sudah ngantuk berat.

Pesan yang kau kirimkan melalui handphone pagi ini benar-benar membuatku sangat terkejut bu, sebab itu aku terbangun dari tidurku. Dalam pesan itu kau mengatakan, mulai hari senin minggu depan kau sudah mulai bekerja sebagai buruh cuci di perumahan dekat rumah. Juga mengerjakan pembuatan kursi sebagai industri rumahan dengan gaji harian. Tetiba saja ibu mengirimiku pesan dengan berita tidak seperti biasanya, aku tidak tahu harus merasa senang ataukah malah sebaliknya. Mengetahui hal itu membuatku bingung, harus bagaimana aku membalas pesanmu.

Aku tahu ibu melakukan semua ini sebab perekonomian keluarga kita sedang dalam kondisi tidak menentu. Seperti yang kau katakan akhir-akhir ini saat kau sedang ber-sms ria denganku, bahwa dagangan ayah sedang sepi, modal untuk berjualan pun semakin habis, hutang juga semakin menumpuk, ikan semakin mahal dan akhirnya sulit untuk di jual. Selain itu mungkin ini juga dampak dari lingkungan disekitar rumah kita. Dimana banyak sekali tambak-tambak ikan yang sudah ditimbun oleh tanah, sebab sudah dibeli oleh para pemodal untuk dijadikan perumahan, pabrik-pabrik industri, atau guna dibangun jalan tol. Oleh karena itu tetangga kita para petani tambak banyak yang tidak panen, dan menjual ikan kepada kita sebagai pengepul seperti biasanya.

Maafkan aku ibu. Aku benar-benar minta maaf. Pada peringatan hari ibu sebentar lagi aku masih belum bisa untuk membahagiakan ibu dan ayah. Sejauh ini aku masih belum bisa membantu ibu dan ayah. Disaat seperti ini perkuliahanku malah molor, membuat ibu dan ayah harus bekerja lebih keras mengeluarkan biaya kuliah untuk beberapa semester lagi. padahal seharusnya aku sudah menyelesaikan perkuliahan ini lalu bekerja, sehingga ibu dan ayah hanya akan fokus membiayai sekolah adek saja. Namun semua ini tidak seperti yang diharapkan. Berbicara soal keputusan ibu untuk bekerja, bagaimana tanggapan ayah? apakah ayah sudah tahu? Apakah ayah mengizinkan? Sebab pernah ibu cerita kepadaku, bahwa ayah marah, karena ibu meminta izin membantu ayah untuk mencari nafkah tambahan.

Maafkan aku ibu, aku benar-benar minta maaf. Aku tak tega bu, benar-benar tidak bisa membayangkan ibu harus bekerja sebagai seorang buruh cuci. Membayangkan bagaimana jika ibu terlalu lelah lalu penyakit ibu kambuh. Membayangkan jika ada pelanggan yang tak punya belas kasih sebab ada kesalahan dalam pekerjaan ibu. Namun, semua itu hanya fikiran bodoh ku saja. Ingin sekali aku untuk mencegah ibu, namun aku pun tak kuasa untuk menahan kemauan ibu. Do’a ku selalu untuk mu ibu, agar kau selalu dalam lindungaNya, belas kasihNya.  

Banyak sekali yang sudah aku bicarakan. Namun sejauh ini aku belum bertanya perihal kabar mu ibu. Ibu apa kabar? Do’a ku senantiasa berharap ibu akan selalu sehat, seperti saat terakhir aku meninggalkan rumah untuk kembali pada dunia perkuliahanku. Sejatinya aku benar-benar merindukanmu ibu. Sudah lama aku tak pulang. Beberapa waktu yang lalu, aku sempat bermimpi tentangmu ibu. Dimana aku kembali pulang, lalu melihatmu berbaring pulas. Aku pun merebahkan diri disampingmu, berharap bisa mendapat pelukan darimu ibu. Seperti saat aku kecil dulu, bertingkah manja hanya karena ingin mendapat pelukan sebelum tidur. Begitu juga saat makan. Entah kapan terakhir kali aku makan dari suapanmu ibu. Ingin sekali aku merasakan lagi seperti saat kecil dulu. Bertingkah manja dihadapanmu. Aku rindu saat-saat seperti itu.

Ibu.. Di surat ini aku juga akan menceritakan beberapa hal padamu. Pertama, mohon maaf ibu sepertinya perkuliahan ku masih akan menambah satu hingga dua semester lagi. Berbeda dengan ku, semua temanku sudah banyak yang menyandang gelar di belakang nama mereka. Kedua, aku sekarang sedang sibuk menyusun proposal bu. Proposal skripsi yang rencananya akan aku ajukan akhir tahun, juga proposal magang di BI (Bank Indonesia) untuk mengisi kekosongan ku saat libur bu. Setelah itu aku juga akan mencari kerja sampingan sembari menyelesaikan penyusunan skripsi, guna menambah uang saku, dan biaya perkuliahan molor ku. Do’akan aku ibu.

Terakhir, terimakasih untuk semua yang telah ibu dan ayah berikan padaku selama ini. Semua itu tidak berbalaskan sama sekali. Pun aku tahu kalian tak ingin semua itu untuk terbalaskan. Ke ikhlasan kalian, usaha kalian, kerja keras kalian alansanku berada disini. Berjuang belajar di sekolah tinggi, guna kebahagiaan ku kelak juga. Semua yang kalian lakukan hanya lah demi aku, anak mu. Terimakasih.. sekali lagi terimakasih.. Ibu..[]


Jember, 14 Desember 2015.


P.S : Sumber Gambar : Stalinebook

Minggu, 06 September 2015

Senja Terakhir Sebuah Surat

Ternyata baiknya memang tak harus aku kirimkan senja yang telah tersakiti. Pesan implisit dalam sebuah tulisan membuatku merasa berhutang akan senja. Membuatmu tersakiti dan kecewa karena senja. Baiknya memang senja tak harus terbalaskan. Biarkan menggantung seperti adanya senja. Seperti bagaimana senja itu di gariskan untuk berada disana. Tak perlu lagi ku merasa perlu untuk membawakanya. Aku tahu dan kau pun juga tahu. Baiknya memang harus seperti itu.

Mengutip catatan dari karya Dee. Entah bagaimana tulisan itu bisa kamu pilih untuk mewakili apa yang kamu rasa, yang ingin kau kata. Apakah semua gadis memiliki dimensi yang sama? Dimana terdapat rasa yang sama yang tak bisa dijelaskan secara ilmiah. Apakah itu karena peristiwa yang sama. Ataukah terjadi akibat si penulis menuliskan rasa dari si empunya. Aku tidak tahu.

Aku sadar, aku bukanlah tokoh Sukab yang bisa mengirimkan potongan senja untuk pacarnya Alina. Aku tidak mampu untuk melakukan itu. Pun baiknya memang tak usah ku untuk mengantarkan senja yang pernah ku kata kepadamu. Buku yang pernah kau rekomendasikan pada ku telah selesai aku baca. Maaf, aku tak mampu untuk beli. Jadi aku memutuskan untuk pinjam di perpustakaan kampus saja. Lalu aku baca Pada sub bab yang kau anjurkan untuk ku baca. Dengan kutipan yang sudah tebal oleh stabilo tak tahu oleh siapa. Mungkin ulah mu, mungkin juga orang lain. Sebab merasa mewakili apa yang sedang dirasa.

Sepertinya aku yang salah menginterpretasikan. Entah, aku tak pernah tahu. Pun jika sampai sekarang interpretasiku masih juga salah dalam memahami tulisan mu, keputusanmu. Semoga saja tidak. Apakah kau setuju, jika ku kata tak harus ada yang perlu untuk disalahkan dan menyalahkan? Kau sudah memilih untuk mengambil keputusan itu. aku pun juga, walau baru saja.

Ah sudahlah.. mungkin memang baiknya seperti itu. Aku tak mau memperpanjang tulisan ini lagi. Biarkan tulisan ini tetap pendek saja. Tak perlu di perpanjang lagi. Karena semuanya telah usai. Ini hanya untuk mewakili kebodohanku, yang baru saja mengerti dan memahami setelah membaca buku yang kau anjurkan itu. Buku ini pun juga harus segera aku kembalikan, sudah habis waktuku untuk meminjam. Sebelumnya aku sudah berjanji tak mau mengembalikan, sebelum menulis sebuah tulisan jawaban. Lalu. Terimakasih untuk semuanya. Mohon maaf untuk segalanya.

Kau pilih kutipan ini..
“aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhanya tercermin, bukan ketakutanya akan sepi.”
Ku teruskan dengan kutipan ini..
“aku ingin mengalir. Hatiku belum mau mati. Aliran ini harus kembali memecah dua agar kita sama-sama bergerak. Sebelum kita terlalu jengah dan akhirnya pisah dalam amarah.”

Aku harap kau tak salah mengartikan karakter yang ada disitu. Tentang aku, kau, dan kita.[]

Minggu, 23 Agustus 2015

Kopitan

Jam menunjukan pukul 16.30. Saya sudah ingin pulang, tapi melihat sepeda motor saya terhalang oleh sepeda motor lain membuat saya malas. Malas mengeluarkanya dari himpitan sepeda lain, padahal sudah sejak jam 9 pagi saya berada di warung kopi ini. Saya pun memilih untuk tinggal lebih lama. Sekarang saya sedang berada di warung kopi bernama Kopitan pinggir jalan mastrip Jember, tepatnya di samping warung kopi Cak Wang. Tidak begitu jauh dengan kampus dan tempat saya tinggal. akhir-akhir ini saya sering ngopi di tempat sederhana ini. Tempat yang sangat sederhana dengan koneksi wifi lumayan cepat. Sangat cocok bagi mahasiswa pemburu wifi dan kopi seperti saya ini.

Hari ini memang hari libur, dan saya memilih menggunakanya untuk bermalas-malasan ngopi dengan koneksi wifi. Sejak mempunyai aplikasi bluestacks, saya jadi ketagihan untuk sering berburu wifi demi memantau aplikasi bluestacks saya. Aplikasi dimana kita bisa mendownload aplikasi yang biasa di download para manusia smartphone saat ini. Aplikasi tersebut seperti BBM, Line, Instagram, dan game Getrich. Hal tersebut saya lakukan bukan tanpa alasan. Semua bermula saat semua anak di kelompok KKN saya, kecuali satu orang pengguna smartphone. Mereka membuat group di BBM dan lebih sering berdiskusi di dalam group tersebut. Saya selalu menjadi orang yang tertinggal informasi mengenai KKN. Hanya menerima hasil diskusi tanpa pernah ikut urun rembuk pendapat. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih jalan pintas. Menginstal aplikasi bluestacks dan menjadikan laptop saya semi-android smartphone. Bukan hal mudah, awal pertama menginstal aplikasi tersebut saya harus menunggu berjam-jam untuk proses instalasinya. Belum lagi saat sudah terinstal dan mencoba untuk membuka aplikasinya -jangan dibayangkan bagaimana lemotnya.

Ah tulisan saya jadi kemana-mana. Bukan menjadi maksud saya untuk sedikit alay menceritakan kemarahan hati saya mengenai smartphone, bluestacks, dan orang-orang android smartphone di dalamnya. Toh saya pun sampai sekarang sedikit menikmati ketergantungan yang dibuatnya. Sebenarnya saya ingin menceritakan tentang seorang gadis yang sudah saya lukai perihal senja. Kemarin ini saya baru saja main di salah satu tempat dimana saya pernah menjanjikan senja kepada gadis tersebut. Tempat tersebut akhir-akhir ini sedang menjadi favorit tempat wisata di Jember, Payangan. Bermula dari pembicaraan ringan dengan adik-adik mahasiswa baru alumni sekolah saya saat ngopi. Mereka ingin saya mengantarkan mereka ke wisata Payangan karena mereka belum di sibukkan dengan kegiatan kuliah.

Kami berkumpul pukul 1 siang di double way Universitas Jember, berangkat dengan 4 sepeda motor. Awalnya kita berencana untuk mampir di Air Terjun Watu Ondo, tapi kami mengurungkan niat. Permasalahan awam lokasi tempat tersebut menjadi alasan, kami pun memutuskan untuk pergi ke Payangan saja. Sampai di lokasi wisata Payangan matahari masih sangat terik, kami pun memutuskan untuk istirahat sejenak di salah satu warung kecil dan Si Sapi -nama panggilan salah satu adik kelas saya yang ikut- memesan es kelapa muda. Sialnya mungkin karena hari itu sedang akhir pekan, harga satu buah es kelapa muda menjadi Rp 10.000, dan Si Sapi memesankan untuk kami semua. Setelah dahaga terpuaskan dan matahari sudah tidak terlalu terik lagi kami memutuskan untuk melanjutkan ke lokasi salah satu wisata yang di tawarkan, Goa Jepang yang berada di salah satu bukit. Mendaki tebing yang sedikit licin dengan beberapa tahi kambing menghiasi perjalanan kami. Singkat cerita kami pun sampai di Goa Jepang dan melanjutkan berhenti di puncak bukit di atas Goa Jepang. Sampai disana kami mengambil beberapa foto untuk tetap eksis di beberapa akun media sosial yang kita miliki. Kami pun juga sejenak mengheningkan cipta mensyukuri keindahan karya Tuhan disana.

Goa Jepang selesai. Kami melanjutkan ke lokasi selanjutnya. ke bukit dimana menjadi icon dari lokasi wisata Payangan. Disana kami membayar Rp 2000 untuk sumbangan pembenahan tempat di lokasi tersebut. Tempat tersebut memang sangat indah untuk sepasang kekasih yang suka mengagung-agungkan senja. Di berbagai sudut dari bukit tersebut banyak sepasang kekasih yang sedang bercumbu rayu melantunkan kata-kata indah bak puisi untuk mempererat jalinan kasih mereka. Melihat hal tersebut membuat saya berkali-kali mengumpat. Bukan tanpa alasan. Hal tersebut mengingatkan saya, akan apa yang sudah saya lakukan kepada seorang wanita dengan mengatasnamakan senja untuk melukainya. Hingga dia membuat satu tulisan perihal senja yang membuat pria rapuh seperti saya menyadarinya. Berkali-kali saya ke lokasi wisata Payangan tersebut. Namun hanya sekali saya menaiki bukit indahnya, dan menghabiskan senja disana. Sangat disayangkan baru pertama saya kesana, namun bukan dengan dia -Si Gadis- saya menghabiskan senja.[]

NB: Tulisan dibuat sekali duduk karena tidak bisa pulang.
        Kopitan, 23 Agustus 2015.

Rabu, 05 Agustus 2015

Mangan, Ngombe, lan Turu.

Bruak.. bruak.. bruak... Duak.. duak.. duak...

“Bangun.. bangun.. bangun.. Shubuh.. shubuh.. shubuh...”

Suara barang-barang yang di pukul sekedar untuk membangunkan. Beberapa pengurus beserta pengasuh mulai bergerilya memasuki kamar-kamar membangunkan. Kegiatan yang selalu terdengar setiap shubuh, untuk membangunkan anak-anak agar mengikuti ibadah shubuh. Satu persatu mulai nampak keluar dari kamar, menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu.

Dalam hal ini, tidak mudah membuat santri berstatus mahasiswa untuk bangun shubuh. Oleh karena itu, beberapa pengurus pun mempunyai senjata andalan dalam usaha untuk membangunkan mereka. Seperti contoh pengasuh pesantren, atau yang sering di sebut Kyai. Dia sering membawa arit atau semprotan air yang biasa digunakan untuk memandikan burung. Sebelumnya jangan membayangkan membangunkan dengan menyabetkan arit ke leher santri. Di awali suara keras memanggil nama perorangan untuk bangun, di iringi pukulan bagian lengkung tumpul arit ke pintu. Jika masih tidak bangun, mulailah kyai untuk menyemprotkan air. Selain itu ada juga yang membawa kentongan, lalu dengan teknik memijat untuk membangunkan, lalu sentuhan tangan yang dibasahi oleh air saat membangunkan, atau sabetan ringan dari sorban.

Karakter bangun santri berstatus mahasiswa ini juga berbagai macam. Untuk santri macam teladan. mereka akan bangun dan langsung mengambil air wudlu, saat mendengar suara pengurus atau kyai membangunkan. Ada yang butuh untuk duduk sebentar, lalu bangun. Ada yang langsung bangun, tapi tidur lagi di antrian kamar mandi atau di dalam kamar mandi. Ada juga yang selalu beralasan antri kamar mandi, menunggu pengurus pergi lalu tidur lagi. Maklum, sulitnya bangun mungkin juga karena padatnya kegiatan kampus selain alasan lainya yang juga masih banyak. Dari sekian banyak santri berstatus mahasiswa, kami hanya memiliki 3 kamar mandi dan 2 wc saja, itu untuk pondok putra atau asrama putra. Parahnya adalah saat antri wc, pernah suatu ketika dengan perut mules, saya masih harus antri panjang berjam-jam, tanpa tahu orang di dalam wc ternyata sedang tertidur pulas.

Beberapa hari ini banyak santri yang sering protes terhadap aturan baru. Mulai dari jam malam gerbang, aturan batasan tahun angkatan, hingga peraturan-peraturan kecil lainya. Peraturan tahun ini memang berbeda dengan peraturan di tahun-tahun sebelumnya. Ketika dulu semua aturan dan juga hukuman berlaku bagi pengurus dan para santri (karena pengurus berasal dari mahasiswa yang sudah 1-2 tahun tinggal). Untuk tahun ini di bedakan menurut tahun angkatan masuk pesantren. Santri berstatus mahasiswa yang wajib mengikuti peraturan adalah angkatan 2013 dan 2014, mereka yang sedang menduduki semester 3 dan 1 di perkuliahan. Selain dua angkatan tersebut (angkatan tua, 2012 ke atas) di tunjuk kyai untuk ngabdi membantu kyai mengurusi pesantren. Mandat tersebut yang menyebabkan banyak pertentangan di sana sini. Menurut mahasiswa angkatan 2013 dan 2014, Pengurus ibarat kaum elit pengawal peraturan yang bebas dari hukum. Itu semua dikarenakan mereka yang melanggar peraturan akan di kenakan hukuman sesuai aturan yang di langgar. Denda, membersihkan kamar mandi, mendapat surat peringatan, hingga di keluarkan. Berbeda dengan pengurus. mereka tidak hanya kebal aturan, tapi juga kebal hukum.

Sekarang situasinya memang sudah sangat berbeda dengan dulu. Ketika dulu peraturan sangat longgar sekali, tidak terlalu mengekang, sehingga anak-anak aktivis yang tinggal di pesantren ini pun mudah untuk menyesuaikan. Kunci gerbang parkiran pun juga bisa dikondisikan. Memudahkan anak-anak organisasi yang sering pulang malam. Namun sekarang sudah berbeda. Pondok sudah di kelilingi oleh pintu-pintu portal untuk memasukinya. Belum lagi pintu gerbang untuk memasuki asrama, total ada 5 portal & gerbang. Portal depan, portal belakang, gerbang asrama putri, dan gerbang asrama putra, belum lagi gerbang parkir sepeda motor. Semua kunci di pegang oleh pengurus keamanan, penjaga gerbang, dan pengasuh. Jadi saat melewati jam malam yang sudah di tentukan semua pintu itu harus sudah terkunci dengan rapi. Namun karena pengurus keamanan berasal dari mahasiswa, adakalanya masalah kunci gerbang dan portal masih bisa dibicarakan. Dan sialnya adalah saat pengurus tersebut sedang tidak pada posisi berpihak untuk membukakan gerbang dan portal. Akhirnya adalah terkunci di luar, Sepeda motor tidak bisa masuk. Pilihanya hanyalah tidur di luar entah di tempat teman atau sekretariat organisasi. Selain itu memilih untuk mengangkat sepeda motor dengan meminta bantuan teman yang masih belum tidur.

Akhir-akhir ini ada hal yang timpang mengenai pengurus dan juga santri, dimana mereka sudah tidak saling berpihak. Satu sama lain sudah mulai saling membicarakan hal buruk masing-masing. Menurut pengurus anak-anak baru sekarang sudah seenaknya sendiri. Dimana bagian pengurus keamanan sudah bersedia membukakan gerbang ketika mereka pulang malam. Namun, mereka yang pulang malam tidak mau mematuhi peraturan untuk mengikuti kegiatan shubuh. Pengurus bermaksud jam berapapun mereka pulang tidak masalah, asal tetap bisa mengikuti kegiatan shubuh. Maksud pengurus tidak tersampaikan.
Jika disamakan dengan pesantren mahasiswa yang lain, di tempat saya memang sangat longgar dalam hal peraturan dan kegiatan. Peraturan sering berubah masih belum pakem. Seringnya dibuat dan terealisasi saat tahun ajaran baru. Dimana banyak mahasiswa baru yang masuk dan memilih mondok di tempat saya. Lalu kegiatan. Kegiatan di sini hanya setelah shubuh, dilakukan selama 1 jam mulai pukul 05.00 WIB – pukul 06.00 WIB pagi. Kegiatan tersebut layaknya pondok pesantren mahasiswa lain. Seperti mengaji Al-qur’an atau pun mengkaji beberapa kitab perihal fiqih, akhlak, dan lainya. Bukan mengkaji kitab-kitab golongan berat yang biasa di ajarkan di pesantren salaf, seperti nahwu, shorof, tauhid, kitab gundul, dan lain-lain. Lalu beberapa waktu sholat yang wajib di ikuti secara berjamaah, seperti sholat shubuh, maghrib, dan isya’. Hanya itu kegiatan di pondok, selain itu kosong.

Beberapa kegiatan dan peraturan tersebut memang wajib dilakukan. Namun karena kami mahasiswa, seringnya para pengurus beserta kyai memberi toleransi. Oleh karena itu peraturan dan kewajiban tersebut berubah dari wajib menjadi kondisional. Semua santri boleh tidak mengikuti kegiatan dan peraturan saat ada bentrok dengan kegiatan perkuliahan, dengan syarat meminta izin atau lapor kepada salah satu pengurus. Hal tersebutlah yang terkadang sedikit membuat pengurus jengkel. Ibaratnya kegiatan mereka hanyalah mangan, ngombe, lan turu. Aturan dan kegiatan pun sifatnya bisa berubah kondisional namun tetap saja mereka tidak bisa mengikuti.[]

*31102014 (tanggal penulisan) dan baru di upload sekarang.
*sampai tulisan ini di upload peraturan di tempat kami pun sudah berubah kembali. Pun tidak banyak dari mahasiswa yang memegang tugas menjadi pengurus seperti dulu.

Selasa, 28 Juli 2015

Wayang Bercerita

Baru saja Wayang membaca tulisanya. Tulisan dengan judul table “coretan gak penting”. Tulisan yang ditulis oleh si dia ini -sebut saja Danbo- menuliskan jawaban atas sebuah sapaan yang sudah membuatnya menitikkan air mata. Sapaan yang sungguh tidak tahu diri. Semacam tidak merasa berdosa dan bertanggung jawab atas apa yang sudah di tuliskan oleh Wayang dalam bentuk sapaan.

Sapaan Wayang tak bisa menjelaskan dan melegakan apa yang sudah diharapkan oleh Danbo. Harapan akan penjelasan dari sebuah penantian yang sudah dilakukan oleh Danbo. Sapaan tersebut memberikan kesadaran kepada Danbo akan hubungan yang telah sampai pada ujungnya. Bagi Danbo, ujung dari sebuah hubungan adalah untuk mengakhiri, entah mengakhiri dengan berhenti di tengah jalan ataukah mengakhirinya dengan bertemu di pelaminan. Hingga terjadilah mengakhiri dengan akhir yang pertama. Akhir yang sebenarnya tidak pernah diharapkan oleh Wayang, namun menjadi lebih baik bagi Wayang untuk dilakukan.

Wayang memang sosok yang egois, angkuh, dengan apa yang dikenal banyak orang dengan sebutan rindu. Banyak rindu, terutama rindu dari terciptanya suatu hubungan. Dia lebih memilih untuk menekan rasa rindunya saat rindu itu datang dan mencoba untuk menyapanya. Setiap kali datang, rindu itu seakan ditepis jauh-jauh. Digantikan dengan yang sering disebut tanggung jawab, dan juga kewajiban oleh banyak orang. bisa dikatakan hal tersebut hanya dalih atau sebuah pembenaran saja memang, bagi Wayang terserah bagaimana pembaca mengartikan. Namun menjadi sangat tidak berdaya bagi Wayang saat rindu itu terucap dan menuntut kepada Wayang agar terealisasikan.

Mungkin Danbo tidak tahu. Wayang belum mengerti mana yang harus didahulukan antara kewajiban, tanggung jawab, ataupun kerinduan. Bagi wayang semua itu sama untuk bisa selaras dijalankan. Namun, Wayang memang belum mengerti dan juga baru saja belajar tentang apa dan bagaimana itu sebuah hubungan. Dimana memunculkan kerinduan hingga menjadi sangat wajib untuk dipertanggung jawabkan karena menyangkut seseorang.

Wayang meminta maaf.. benar-benar meminta maaf. Wayang baru saja sadar, sekolah memang kewajiban oleh karena itu harus dipertanggung jawabkan karena menyangkut banyak orang. Organisasi juga kewajiban kerena sudah berani memilih untuk berorganisasi oleh karena itu harus dipertanggung jawabkan dihadapan banyak orang. Hubungan juga.. karena sudah dipilih oleh karena itu harus dipertanggung jawabkan pula.

Wayang sudah terbengkalai, karena terlalu sibuk menimbang-nimbang, memilih-milih, mana yang penting mana yang bukan. Wayang mencoba menata ulang puing-puing kegagalan. Pemikiran sistematis Wayang sudah mencelakakan banyak orang, mengecewakan, menyakiti, dan meninggalkan banyak bekas kesalahan yang sangat memalukan lalu ditinggalkan tanpa ada pertanggung jawaban.

Wayang memang seperti anak kecil, tapi dia ingin Danbo tahu, bahwa Wayang tidak pernah sekalipun memiliki maksud untuk melakukan semua –hal buruk - yang banyak seperti yang sudah Danbo rasakan dan fikirkan. Wayang hanya merasa kebingungan, itu saja. Kebingungan Wayang menyebabkan tidak terusahakanya sesuatu. Kebingungan yang menyebabkan kebingungan, saat kebingungan lain datang.


Di tulisan Danbo yang lain. Wayang menemukan Danbo sedang dalam titik kebingungan, kebingungan karena sudah menemukan kebahagiaan yang lain. Wayang memberikan pesan kepada Danbo untuk tidak terlalu lama bergulat dengan kebingungan. Segera putuskan sebelum datang kebingungan yang lain. Wayang berterima kasih. Banyak pelajaran yang sudah Danbo ajarkan. Jurus-jurus rahasia untuk bisa melumpuhkan, jurus-jurus dimana baru pertama kali Wayang dapatkan. Danbo tidak tahu jika memang benar baru pertama kali Wayang dapatkan. Wayang Berterima kasih untuk banyak hal kepada Danbo, dan meminta maaf untuk segala hal.[]

Whatsapp Terbangun

Sore ini saya di ajak Fandy untuk ngopi, karena ada janji dengan orang travel. Kami bertemu di warung kopi Cak Wang.

Iseng karena ada fasilitas hotspot wifi saya mencoba untuk memanfaatkanya. Menggunakan sarana handphone, yang sudah dilengkapi dengan aplikasi untuk terhubung dengan hotspot wifi. Berawal dari membuka facebook hingga twitter, sampai ke beberapa link menuju berita-berita yang sedang menjadi trending topik. Setelah bosan, baru saya teringat akan aplikasi whatsapp yang selalu gagal untuk saya download. Padahal handphone saya baru saja saya paketkan menggunakan xl kapasitas 5gb dengan jangka waktu satu bulan, maklum keuangan mulai sedikit stabil. Sialnya saya salah untuk memaketkannya. Paketan yang saya gunakan hanya berlaku untuk handphone dengan sarana 3G, handphone saya tidak masuk dalam kualifikasi. Lalu saya mencoba dengan perantara wifi cafe untuk mendownload aplikasinya. Aplikasi sukses saya download dan mulai memperbarui akun whatsapp yang telah lama saya nonaktifkan. Bukan tanpa alasan, namun karena dana yang ada harus saya alokasikan untuk pelunasan hutang. Sejak bulan februari aplikasi itu saya nonaktifkan, hingga hari ini 06 Mei 2015 baru saya aktifkan kembali. Semua pesan sejak februari mulai bermunculan masuk ke dalam akun whatsapp saya. Berikut ringkasanya, bukan gambar screensaver yang bisa saya tampilkan. Hanya nama sesuai di dalam kontak handphone saya, tanggal, dan pesan yang disampaikan oleh mereka. Dan semua pesan itu baru terbaca hari ini.

Sing Sita 12 /02 feb
Iyaa
lewat SFS aku
ð  Saya lupa dan kurang begitu tahu perihal apa pesan ini disampaikan, karena sudah lama sekali.

TB Agus /03 feb
Pek, sehat?
ð  Dia adalah teman saya anak teknik, sedang menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di organisasi kami ukpkm tegalboto. Dulu di awal bulan februari ini saya memang sudah mulai menghindar dari anak-anak terutama Si Agus ini. Entah kenapa, saya sudah kehilangan kenyamanan disana. Parahnya saat itu saya masih menjabat sebagai ketua, dan tidak bisa bertanggung jawab akan organisasi karena seringnya hilang tanpa kabar. Padahal semua sudah berusaha untuk merangkul saya kembali, seperti yang dilakukan si Agus ini, mencoba untuk menghubungi saya beberapa kali untuk menanyakan kabar ataupun keberadaan saya. Namun pesan ini juga baru saja terbaca. Maafkan Saya Gus...

Nisful Lailiyah /03 feb
Ardi ;(
ð  Gadis satu ini merupakan teman akrab dunia maya. Kami kenal sejak semester 2 namun tidak pernah bertemu muka hingga sekarang. Kenalpun berawal dari telefon nyasar yang dikiranya nomor telefon milik teman sekelasnya. Berawal dari situ kami menjadi sangat akrab hingga terkadang sering kali saling kali berbagi cerita, padahal sampai detik ini belum pernah sekalipun saya bertemu denganya. Saya kurang begitu faham mengenai pesan yang disampaikanya ini.

TB Didik /06 feb
Sudah sampe mana tulisanmu Di?
ð  Pemuda satu ini merupakan senior di organisasi saya. Secara struktural organisasi dia menjabat sebagai dewan pertimbangan organisasi (DPO). Dia yang selalu sering memberi nasehat dimana saat itu saya sudah sering misskomunikasi dan menghilang dari organisasi. Saat itu memang sedang dalam progress pengerjaan salah satu media, namun saya tidak bertanggung jawab dan memilih untuk menghilang. Oleh karena itu Mas Didik ini mencari saya untuk menagih tulisan. Pesan ini pun baru terbaca saat saya kembali menghidupkan whatsapp. Maafkan saya Mas Dik..

Ath Ilyas /10 feb
Mas sampean dk ndi?

TB Bill /11 feb
Anda dimana bung?
ð  Bill ini teman seangkatan saat diangkat menjadi pengurus, selain Agus dan Arum. bukan hanya Agus dan Mas Didik. Dia saat itu menjabat sebagai koordinator litbang, disini Bill juga berusaha mencari-cari saya. Adakalanya dia mengirimkan pesan untuk mengajak saya ngopi selain pesan menanyakan dimana keberadaan saya. Dan pesan ini juga baru saja terbaca saat saya menghidupkan whatsapp kembali. Sepurane Bill...

TB Toni /15 feb
Nak endi koen ar?
Ayo ngopi
ð  Toni ini juga salah satu teman di Tegalboto. Sama seperti yang lain, dia juga mencari-cari saya saat tiba-tiba menghilang dan tak pernah lagi muncul. Dan pesan ini juga baru saja terbaca. Sepurane Ton...

Ath Rizal /16 feb
Kode pos pondok piro?

Hj Yunisa MBI /17 feb
<Gambar>

+62 852-3376-xxxx /18 feb
Mas ardi aku cahyani. Al millah
Sms d no.ku ni aja yg m3 no.e ibuk.ku

RP_RPA à ada 5 pesan
Wkwkwk... lagu banyuwangian cak.
Gpopo t arek iki. Iki kn lgu kelangan.  /02 feb
B a nguun. Mandi. Sarapan syaang :* /03 feb
Di aq kebangun jam 0.33. Aq keingetan
qm yank. Kangen. /10 feb
Diam it bukan pilihan di. It bntuk lain dr
Siksa. Makasih untuk diam nya /14 feb
Aku mundur ya pendekar. Kamu jangan
lupa bahagia. J /19 feb
ð  (maaf saya tidak bisa menjelaskan untuk sosok satu ini) entah kenapa aku membaca pesan ini berulang kali. Sudah tak perlu dijelaskan lagi, namun saya akan membalasnya di tulisan yang lain. Pesan ini juga baru saja terbaca.. saya minta maaf.. dan terimakasih

Milenium Rika /22 feb
Mas, kenal dosen politik?

SIng Nopret /23 feb
Due di

Sing Dea /04 Mar
Diiii
Minggu kmren discourse blm bagi klompok??? blsenn matt

TB Lidya /05 Mar
Di... di... Kamu dimana? Aku mau mina conan :D Aku lg di jember

Anista /06 Mar
Qm k mlg gk

TB Vino /12 Mar
Km dmna di? Ayo ngopi aku d jember nij

Plantarum Nineng /14 Mar
<pesan terlampau panjang, singkatnya pengumumman yang di tujukan kepada seluruh Pemimpin Umum (PU) untuk diharapkan kedatangannya di dalam forum pada 16 Maret 2014 di LPM Sinvesta>

Etik /19 Mar
Ron..., lek etik wingi gak iso bls sms so gak due pulsa...., smpn nag omah engko taaa....

IKS Nanang à ada 5 pesan
Mas J /21 Mar
<Gambar> Siswane roby bos /21 Mar
Sampeyan nangndi mas ? /21 Mar
Mas ron J /26 Mar
Mas /12 Apr

TB Nuran /20 Apr
Awakmu sehat?
Yo opo kabarmu?

Lek Bin àada 4 pesan
Testing /09 feb
Tes /10 feb
<gambar> /20 mar
<pesan suara> /20 mar

MI Mufida /03 Mei
Rona


Whatsapp memang baru saja terbangun. Saat itu memang sedang masa-masa sulit. Dimana saya tidak mengalokasikan dana untuk menghidupi handphone. Tapi untuk dialokasikan ke beberapa hal yang sangat penting dan mendesak. Jangankan paket data, pulsa pun tidak saya isi. Oleh karena itu handphone saya biarkan. Terkadang juga saya matikan. Permasalahanya klise, masalah ekonomi. Saya sekali lagi memohon maaf karena semua pesan tersebut baru saja terbaca. Apa boleh buat banyak yang sudah terlanjur terjadi gegara hal tersebut. saya juga tidak menampik, semuanya terjadi juga karena kesalahan saya. Pada akhirnya seharusnya saya berani menghadapi permasalahan yang ada. Bukan menyerah dan memilih diam lalu pergi. Sekali lagi mohon maaf atas pesan-pesan di atas yang tidak terbalaskan dan juga baru saja terbaca.[]