Baru saja Wayang membaca tulisanya.
Tulisan dengan judul table “coretan gak penting”. Tulisan yang ditulis oleh si
dia ini -sebut saja Danbo- menuliskan jawaban atas sebuah sapaan yang sudah
membuatnya menitikkan air mata. Sapaan yang sungguh tidak tahu diri. Semacam
tidak merasa berdosa dan bertanggung jawab atas apa yang sudah di tuliskan oleh
Wayang dalam bentuk sapaan.
Sapaan Wayang tak bisa menjelaskan dan
melegakan apa yang sudah diharapkan oleh Danbo. Harapan akan penjelasan dari
sebuah penantian yang sudah dilakukan oleh Danbo. Sapaan tersebut memberikan kesadaran
kepada Danbo akan hubungan yang telah sampai pada ujungnya. Bagi Danbo, ujung
dari sebuah hubungan adalah untuk mengakhiri, entah mengakhiri dengan berhenti
di tengah jalan ataukah mengakhirinya dengan bertemu di pelaminan. Hingga
terjadilah mengakhiri dengan akhir yang pertama. Akhir yang sebenarnya tidak
pernah diharapkan oleh Wayang, namun menjadi lebih baik bagi Wayang untuk
dilakukan.
Wayang memang sosok yang egois, angkuh,
dengan apa yang dikenal banyak orang dengan sebutan rindu. Banyak rindu,
terutama rindu dari terciptanya suatu hubungan. Dia lebih memilih untuk menekan
rasa rindunya saat rindu itu datang dan mencoba untuk menyapanya. Setiap kali
datang, rindu itu seakan ditepis jauh-jauh. Digantikan dengan yang sering
disebut tanggung jawab, dan juga kewajiban oleh banyak orang. bisa dikatakan
hal tersebut hanya dalih atau sebuah pembenaran saja memang, bagi Wayang
terserah bagaimana pembaca mengartikan. Namun menjadi sangat tidak berdaya bagi
Wayang saat rindu itu terucap dan menuntut kepada Wayang agar terealisasikan.
Mungkin Danbo tidak tahu. Wayang belum
mengerti mana yang harus didahulukan antara kewajiban, tanggung jawab, ataupun
kerinduan. Bagi wayang semua itu sama untuk bisa selaras dijalankan. Namun,
Wayang memang belum mengerti dan juga baru saja belajar tentang apa dan
bagaimana itu sebuah hubungan. Dimana memunculkan kerinduan hingga menjadi
sangat wajib untuk dipertanggung jawabkan karena menyangkut seseorang.
Wayang meminta maaf.. benar-benar meminta
maaf. Wayang baru saja sadar, sekolah memang kewajiban oleh karena itu harus
dipertanggung jawabkan karena menyangkut banyak orang. Organisasi juga
kewajiban kerena sudah berani memilih untuk berorganisasi oleh karena itu harus
dipertanggung jawabkan dihadapan banyak orang. Hubungan juga.. karena sudah
dipilih oleh karena itu harus dipertanggung jawabkan pula.
Wayang sudah terbengkalai, karena terlalu
sibuk menimbang-nimbang, memilih-milih, mana yang penting mana yang bukan.
Wayang mencoba menata ulang puing-puing kegagalan. Pemikiran sistematis Wayang
sudah mencelakakan banyak orang, mengecewakan, menyakiti, dan meninggalkan
banyak bekas kesalahan yang sangat memalukan lalu ditinggalkan tanpa ada
pertanggung jawaban.
Wayang memang seperti anak kecil, tapi
dia ingin Danbo tahu, bahwa Wayang tidak pernah sekalipun memiliki maksud untuk
melakukan semua –hal buruk - yang banyak seperti yang sudah Danbo rasakan dan
fikirkan. Wayang hanya merasa kebingungan, itu saja. Kebingungan Wayang
menyebabkan tidak terusahakanya sesuatu. Kebingungan yang menyebabkan
kebingungan, saat kebingungan lain datang.
Di tulisan Danbo yang lain. Wayang
menemukan Danbo sedang dalam titik kebingungan, kebingungan karena sudah
menemukan kebahagiaan yang lain. Wayang memberikan pesan kepada Danbo untuk
tidak terlalu lama bergulat dengan kebingungan. Segera putuskan sebelum datang
kebingungan yang lain. Wayang berterima kasih. Banyak pelajaran yang sudah
Danbo ajarkan. Jurus-jurus rahasia untuk bisa melumpuhkan, jurus-jurus dimana
baru pertama kali Wayang dapatkan. Danbo tidak tahu jika memang benar baru
pertama kali Wayang dapatkan. Wayang Berterima kasih untuk banyak hal kepada
Danbo, dan meminta maaf untuk segala hal.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar