Jumat, 12 Februari 2016

Untitle


sudah tidak akan pernah berjumpa lagi di kampus. bukan sebab sibuk menyelesaikan skripsi. atau menjalankan kesibukan lain.

melainkan sudah tidak berada di dunia yang sama. tegur sapa saling ejek skripsi sebagai topik. menjadi bahan eksistensi sebuah keberadaan.

seperti ada puzzle yang hilang. sesuatu yang biasa terjadi tak bisa terulang kembali. hanya dalam kilasan memori semua itu terulang.

berjalan layaknya cuplikan sebuah film. tentunya berbeda-beda cuplikan dalam setiap memori. memori dari setiap orang.

bagaimanapun pergulatan dengan waktu masih tetap berjalan. kami masih bergulat. bukan untuk kau. Kau tiada dalam fana ini, tapi kau abadi dalam setiap memori kami.

sampai sekarang pun masih menjadi renungan. salah satu perkataan dari Gie. aku belum bisa memecahkanya.

“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
― Soe Hok Gie
Berbahagialah kamu.



11 Februari 2016


2 komentar:

Unknown mengatakan...

lebih memilih tak memiliki kenangan itu, karena ketika massanya habis semua yang pernah terlewati hanyalah kenangan, perpisahan itu benar - benar menyakitkan...

R Putra Ardianto mengatakan...

hahaa tergantung dari jenis perpisahannya. jikalau termasuk perpisahan ibarat berpisahnya ruh dengan raga sedih memang, namun bahagia.