Sabtu, 04 September 2021

Absurd



Tak tahu harus mulai dari mana, karena pintu masuk sudah beberapa yang berhasil aku buka, meski sebenarnya sama sekali belum seperempat dari keseluruhan pintu yang masih tertutup. Aku berasal dari salah satu pintu, di mana selama sekian tahun aku berjibaku di dalam pintu tersebut. Tak pernah memilih karena aku rasa semua sudah ada di sini, pada sebuah pintu yang sudah diperuntukkan padaku. 

Sekian lama aku mulai tumbuh dan berkembang. Beraktivitas dan mulai menumbuhkan rasa penasaran, keingintahuan, bahkan ada rasa ingin keluar dari zona nyaman yang sudah sedari dini aku terima di mana seharusnya terus untuk dijalankan. Muncul rasa tak nyaman sebab sebuah penasaran. Hal tersebut tertanam menggebu hingga tumbuh benih-benih pemberontakan atas apa yang sudah digariskan. 

Mulai terdengar suara bisik. Kadang terdengan sangat bising. Hadir dalam bayangan imaji yang tak pernah bisa terdefinisi. Mencoba untuk mengartikan, tetapi selalu gagal menemukan sebuah makna dari proses pemahaman. Ruangan atas pintu yang diperuntukkan untukku serasa sempit, hingga membuatku jengah. Seringkali bosan sebab selalu terkikis sebuah rasa penasaran. Berjalannya waktu seakan semakin membuat bosan. Semua keadaan berulang, ingin sekali rasanya untuk tidak mengulang. Mencoba memahami tapi malah hanya semakin membuatku tak mengerti. 

Benih itu mulai muncul dan tumbuh. Aku memiliki rasa penasaran untuk membuka pintu yang ada pada ruanganku. Mencoba menebak apakah yang ada di balik pintu. Membayangkan ada ruangan yang lain. Mengimajinasikan bisa menemukan orang lain. Hingga muncul harapan berada pada ruangan lain di balik pintu yang lain. 

Mulai mencari cara, membuka pintu dengan kunci yang aku sadari tak memilikinya. Mencari cara keluar dari ruangan yang aku baru mengerti sudah ada di dalam sini dengan sendirinya. Memikirkan cara terbaik guna mencari jalan keluarnya. Tidak dengan ambisi melainkan rasa penasaran yang semakin menggerogoti. 

Aku ingin mengenal definisi nyaman dari arti nyaman yang sudah aku pahami. Mencari tahu ruangan lain dari ruangan tempatku saat ini. Membuka pintu baru guna mencari tahu apakah yang ada di balik pintu yang sudah sekian tahun aku tatap ini. Bertujuan untuk mengenal dan mempelajari. Bagaimana awal dan akhir yang nantinya harus aku tempuh sebagai perjalanan diri. Hingga aku paham maksud dari garis takdir yang diberikan padaku saat nanti.

Kudapati kunci pada sebuah laci yang aku tak tahu sejak kapan ada di ruangan ini. Mulai aku cari lubang kunci, hingga membuka apa yang sedang aku inginkan saat ini. Satu kali klik bunyi, dua kali klik memastikan, hingga berhasil aku putar gagang pintu yang ada di depanku saat ini. Pintu terbuka sedikit, tapi aku masih enggan untuk melangkah pergi, menjauhi pintu tempatku berteduh hingga kini. Tak ayal rasa penasaran ini membuatku berkenan melangkah pergi. ... Bersambung.


Repetisi


Hai, Pak apa kabar?

Sebesar ini, aku masih saja rindu..
Ketika kau mentraktirku makan, saat aku pulang ke rumah..

Sebesar ini, aku masih juga sering iri..
Kepada mereka saat dimarahi oleh bapaknya sebab rokok..

Sebesar ini, aku benar-benar iri..
Saat melihat mereka bisa berangkat bersama bapaknya, kala Sholat Jumat..

Dulu, ingin rasanya bertanya bagaimana kisah romantismu dulu..

Bagaimana saat bertemu Ibuk..
Bagaimana proses perkenalan kalian..
Pacaran..
Hingga memutuskan untuk menikah.. 

Bahkan ingin kutahu, berapa usiamu saat itu..
Ketika kau memutuskan untuk datang melamar Ibuk..

Tapi, entah..
Sepertinya pun ini hanya anganku..
Ketika kau ada, aku tak pernah sedekat bisa duduk bersamamu..
Meski bersama, tak pernah ada percakapan tentang aku ataupun tentangmu..

Akhir-akhir ini sering kuberfikir..
Tak ada lagi tempat untuk berbicara bahkan berdiskusi..
Kepada siapa kelak bisa kubertanya tentang pernikahan.. 
Kepada siapa penguat keyakinan kala aku ingin datang untuk melamar pasangan..

Apa yang aku rasa, seakan sudah tidak ada penahan.. 
Siapa saja yang melarangku pun tak pernah aku hiraukan..
Aku dulu sangat berharap kebebasan..
Tapi sekarang..
Terlalu bebas pun membuatku bosan.. 

Pak, apapun keputusanku.. 
Semoga kau di sana juga setuju.. 
Meski aku tidak bisa menjadi inginmu..
Aku akan membuatmu bangga dengan versiku..