Pagi indah disambut dengan suara merdu kokok
ayam yang saling bersaut-sautan dengan sinar mentari yang malu menunjukan
dirinya karena sedang dibalut dengan kabut putih nan sejuk, sayup-sayup suara
ibadah shubuh terdengar di setiap surau desa yang menunjukan aktivitas awal
mereka.
Hari ini aku terbangun dengan ingatan akan
acara ospek jurusan yang harus kuhadiri sebelum jam 5 pagi, dengan cepat ku
terjaga dari perbaringan nyaman, ku lihat hp yang tergeletak disamping
temanku berbaring sudah menunjukan pukul setengah 5 pagi.
ku buka pintu. hembusan
sejuk angin pagi menyambutku. dengan sedikit berlari aku
kembali ke kamar ku -karena malam itu ku menginap di kamar temanku- hampir
terlupa untuk membawa sepatu milik temanku, kembali lagi lalu ku sisihkan kaos
kakinya yang sudah lumayan wah dan ku bawa pergi sepatunya.
Setelah sholat dan semua persiapan sudah
kulakukan ku lihat jam sekali lagi menunjukan pukul 05.10 WIB ku ambil kunci
sepeda ku nyalakan lalu dengan tarikan kecil ku pacu sepeda motor yang setia
menemaniku. aku pergi menuju fakultas tempat pemberangkatan acara
ospek jurusan, berharap tidak hanya aku panitia ospek jurusan yang terlambat,
satu persatu sms dan telefon masuk menanyakan keberadaanku:
“kamu
dimana? Ayo cepet!”
“ya aku otw
udah mau nyampek”
Sampai di depan gerbang fakultas ternyata
semua peserta sudah berkumpul dan gerbang sudah di tutup dengan seorang temanku
menjaga di luar layaknya satpam.
“panitia datang terlambat !!”
sentakan yang ku dan temanku -teman sesama
panitia yang bertemu di jalan- terima pertama kali di pagi yang indah tersebut,
sialan kataku perut belum terisi oleh nasi dan kopi tapi sudah kena nasehati.
Upacara pemberangkatan telah selesai
dilakukan, perserta dan beberapa panitia diberangkatkan menggunakan 4 truk
militer yang sudah di sewa, sisanya menggunakan sepeda motor untuk menuju ke
camp keputren Jember tempat acara kami diadakan.
Dengan temanku sebagai petunjuk jalan kami
pun -pengendara sepeda motor- berangkat bersamaan melewati beberapa sawah,
perbukitan, dan jalan kecil pedesaan lalu tikungan, tanjakan, dan turunan
tajam dengan jalan bebatuan tidak beraspal kami lewati, bebatuan cadas yang tak
tertata rapi secara langsung menguji kekuatan dari roda sepeda motor ku dengan
tangan menahan goncangan, fikiran berlarian akan servis sepeda yang akan ku
lakukan, Chelsea -nama sepeda ku- hanya diam bertahan.
Desa dengan hasil panen yang melimpah akan
hasil kebunnya, melewati kebun durian membuatku terperangah akan banyaknya buah
dengan bau manis menyengat bergantungan, membuat manusia tidak segan untuk mengeluarkan
dompetnya. Hanya menelan ludah dan tenggelam dalam bayangan untuk
menikmatinya.
Akhirnya sampai di depan gapura pintu masuk
tempat camp, yang ternyata baru kusadari masih kurang ±3km lagi
menuju tempat kami menginap. memasuki perkebunan karet dan akhirnya sampai juga
kita di camp penginapan. Kami disambut dengan pemandangan indah tebing
pegunungan dengan angin sejuk menghempas dan suara air sungai yang membuatku
penasaran sesejuk apa airnya.
Masuk ku dalam penginapan sudah di sambut
dengan bau-bau pengap tidak pernah di pakai, aku dan beberapa panitia disitu
menyiapkan semua perlengkapan yang akan dipakai ketika kegiatan berlangsung.
Kamar panitia dan pesertapun ditunjukan oleh
temanku begitu juga dengan fungsi ruangan-ruangan lainya, di ruang tengah
-tempat yang akan dipakai sebagai aula acara- terdapat tangga kayu menuju ke
atas -loteng rumah tersebut- karena penasaran yang begitu besar ku minta
temanku mengantarkan kesana, tidak ada apa-apa hanya ruangan pengap, kotor,
berdebu biasa tapi dengan suasana agak berbeda dari ruangan-ruangan
lainya.
Truk yang mengangkut peserta dan sebagian
panitia akhirnya datang, semua barang diturunkan dari truk dan dipersiapkan
untuk acara, acara berlangsung. semua panitia bekerja sesuai tugas mereka
begitu juga dengan aku yang langsung bergabung dengan peserta yang ku dampingi,
bercengkrama, makan bersama, dan membicarakan penampilan yang akan dibawakan
mereka saat acara pesta topeng api unggun.
Disela-sela kegiatan aku gunakan untuk
mengistirahatkan urat-urat yang sedari tadi kugunakan untuk aktivitas, selain
itu untuk bertemu dengan Sang Pemilik Kehidupan, Berjalan aku dan temanku
dari surau menuju aula tengah untuk menemui peserta yang kita dampingi untuk
melihat persiapan yang sudah mereka lakukan, dalam diam kusandarkan punggung
yang sedari tadi menyangga tubuhku ini, sedikit tarikan nafas dalam merilekskan
ketegangan, satu persatu dewi-dewi ciptaan Tuhan berjalan menarik perhatian
tapi hanya tiga yang membuatku penasaran.
Dalam diam untuk beristrahat, fikiranku berputar ulang akan pembicaraan tadi siang
dengan salah seorang peserta -cewek- yang sedikit membuatku tenggelam keheranan, benar
tidaknya apa yang dikatakan, berawal dari percakapan basa-basi saling
berkenalan hingga sampai pada pembahasan mistis mengenai tempat yang kita
tempati.
“bukanya nakut-nakuti mas, tapi di loteng
atas dekat tangga kayu banyak mata memandang ke arah kita”.
“loh.. kamu
bisa lihat!?” tanyaku keheranan
“maka dari itu mas, sedari tadi aku nggak
berani menengok kesana”
jawabnya sambil menganguk
“eh kamu bisa buka mata batinku ndak!? Biar
aku bisa lihat tembus pandang kayak kamu” pintaku sedikit cekikikan bersama
temanku.
“ah mesum neh, masnya!!”. wajahnya merah
karna kata-kataku tadi.
Beberapa panitia berusaha mempersiapkan kayu
kering untuk api unggun, walaupun sedikit hujan pada beberapa jam sebelumnya
mereka tetap yakin untuk
menyalakan api ungun.
Malam pun datang kabut sore mulai terbentang
tubuh gatal akan keringat yang tertahan tak sempat memikirkan untuk berniat
membersihkan badan hanya dengan melakukan basuhan ringan sebelum menghadap
Tuhan.
tak lama kemudian api unggun muncul dalam
kobaran, sedikit menghangatkan semua disekitar perapian, tiba saat satu per
satu penampilan dipersembahkan, sekali lagi aku terdiam tenggelam dalam
pemikiran, suasana sejuk dan indahnya perbintangan alam semesta membuatku
tak sadar tenggelam dalam kerinduan tanpa tahu siapa gerangan yang sangat
kurindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar