Jam menunjukan pukul 10 malam acara pesta
topeng api unggun selesai, meninggalkan beberapa bara yang masih menyala,
cekikikan tawa yang terdengar sepanjang perjalanan mengiringi mereka kembali
menuju penginapan karena pengumumman yang telah disampaikan kepada peserta
untuk segera tidur.
Di ruang panitia kami semua dikumpulkan untuk
pengarahan acara night tracking, disitu beberapa teman ku sudah
tertidur pulas karena sebelum pengarahan dilakukan kita diharuskan untuk tidur
walaupun hanya beberapa menit saja.
Walaupun lelah tetap ku tidak bisa untuk
terlelap, ku ambil jaket tebal dari tas karena suhu yang semakin dingin terasa,
bersama temanku ku coba meminta kopi dan cemilan pada panitia konsumsi, hanya
cemilan aku dapatkan dari teman-teman perempuan yang banyak membawanya,
-belum sampai mendapatkan kopi- panitia acara night tracking sudah datang untuk
mengumpulkan dan mempersiapkan semua panitia.
Setelah pengarahan panitia selesai dan semua persiapan dilakukan tepat pada
jam 11 malam aku dan teman-temanku berangkat, kami -panitia- disebar ke dalam 5
pos inti penjagaan dan beberapa pos bayangan, pos inti berisi 3-4 orang pos
bayangan hanya 2 orang.
aku mendapat jatah pos bayangan 8 bersama
teman perempuanku -yang namanya tidak bisa aku sebutkan- yang itu berarti pos
kami berada tepat di tengah hutan. Hanya 2 batang lilin satu senter, satu
plastik cemilan -punya salah satu teman perempuan yang diam-diam aku bawa- dan
satu gelas panjang air minum, hanya itu bekal yang aku dan temanku bawa untuk
menjaga pos bayangan 8.
sesampainya di pos -tempat ku jaga- aku
langsung cari tempat nyaman untuk di buat duduk dan bersandar tapi apa daya
karena kita berdua tidak membawa alas untuk duduk, tidak seperti pos lain
dengan bekal yang lengkap disertai alas yang nyaman, dengan berat hati kami
merelakan pakaian kami untuk didudukan dan disandarkan pada tanah merah subur
yang cocok digunakan untuk bertani.
Setelah mengantar kami sampai di pos, tim
independent melanjutkan mengantarkan sisanya menuju posnya masing-masing dengan
meninggalkan taburan garam di sekitar pos kami yang itu sedikit membuatku parno
akan tempat yang menjadi pos ku kali ini.
Setelah merasa nyaman, ku nyalakan lilin yang
sudah kami bawa sebagai penerang pengganti lampu senter yang hanya satu buah
itu, teman ku perempuan memegangi dan aku yang menyalakan ternyata tak berhasil
karena volume api dari pemantik yang terlalu besar,
kukecilkan dan ku coba lagi tetap tak bisa, sekali lagi tak bisa juga, dan lagi
juga tetap tak bisa, dalam hati ku menyumpah-serapah dalam segala bahasa tetap
saja tidak bisa.
Fikiranku mulai berjalan tak tentu arah hanya
karena lilin yang tak mau nyala, memang angin waktu itu lumayan bertiup kencang
tapi apa penyebabnya, mungkinkah penunggu tempat itu yang tidak terima
ataukah.. argghh sialan kataku, direbutnya pemantik api dari tanganku dan dia
-teman cewekku- berusaha menyalakanya pula dengan sedikit mengubur batang lilin
paling bawah lalu akhirnya, menyala.
Lilin penerang berada di tengah-tengah kami
memancarkan cahaya seadanya, kemanapun mata memandang dimana-mana hanya ada
bayang-bayang gelap gulita yang kami lakukan selanjutnya hanyalah menunggu,
menunggu, terus menunggu dan menunggu, selain itu mungkin ngemil, minum, dan melakukan
pembicaraan ringan seterusnya tetap menunggu dan menunggu lagi datangnya
peserta.
Lelah menyergap, kantuk pun
datang hinggap hingga temanku meminta gantian untuk terlelap tanpa izin dariku
kami pun tetap terjaga untuk tidak terlelap, dinginya malam manembus
rongga-rongga jaketku membuatku tak sadar aku pun tertidur dengan iringan celote
temanku yang sedang bercerita.
“pos 0 itu
dimana?!” tanya temanku.
“Kalimantan..!!”
spontan ku katakan.
“hah..!?
dimana?” temanku kembali mengulangi menyadari keanehan ku.
“Kalimantan..!!”
sekali lagi ku menjawab yang tak sadar hanya igauan yang keluar dari
mulutku. Tanpa komando dia melompat menjauhi ku membuatku tersadar akan
gerakanya.
Aku sudah terbangun mulai mencerna apa yang
terjadi, ternyata dia berfikir aku kemasukan makhuk halus karna igauan ku yang
melenceng dari pertanyaan yang dia tanyakan.
Bekal cemilan yang kami bawa sudah habis dan
air hanya tinggal setengah akan tetapi para peserta belum juga datang,
berkali-kali temanku duduk dan berdiri membuatku menanyakan apa yang sedang dia
lakukan.
“perutku
sakit Ar,,,!?” jawabnya dalam jawa.
“oh ya ues.. ntar tak mintakan minyak angin
ke tim independent atau peserta yang datang”.
Tak lama kemudian tiga kelompok telah
melewati pos bayangan kami dan kami mempersilahkan dan memberi arahan hati-hati
menuju medan selanjutnya, apesnya dari mereka tidak ada yang membawa bekal
minyak angin, kelompok selanjutnya yang datang masih juga lama.
“Ar,,
sebenere aku kepingin pub, bukan sakit perut biasa” cengar-cengir dia
mengatakan.
“hah..?!
Ehmm.. p..pp..pengen pub?? Serius!!??” Dalam hati ku berteriak-teriak karena
keterkejutan yang tidak biasa membayangkan seorang cewek ingin buang air besar
dengan situasi tengah malam di tengah hutan yang hanya di dampingi seorang
perjaka kebingungan disampingnya membuatku berfikir panjang bagaimana
mengatasinya.
karena kebosanan, kebingungan dan keresahan
temanku akan sakit perutnya akhirnya dia aku ajak jalan-jalan meninggakan pos
menuju pos bayangan teman kami yang jaraknya lumayan dari tempat kami. Sampai
di pos -dia yang pengen pub- mengajak kembali ke pos kami semula, aku turuti
dan kembalilah kami.
Sampai di pos dia -yang pengen pub- mengambil
senterku dan menyorot ke arah mata air yang terdengar tidak jauh dari pos kami
berada, mata air itu kecil tidak lebar dengan aliran air yang membentuk selokan
kecil mengalir,
“aku pub di
situ ae yo..!?” tanyanya kepadaku meminta persetujuan,
“Ar.. udah
gag tahan loh..!!”dia memaksa dengan logat jawa kental, gerakan cepat ingin
menurunkan celananya, bingung ku dalam fikiran karna tak tahu apa yang harus
aku lakukan, sialan, sialan.
“lho.. lho.. lho.. eh jangan dulu.. tuh tuh..
peserta datang, nanti ae mu tak barengkan mereka buat kembali ke basecamp”
jawabku dengan gugup tanpa sadar membuat peluh menuruni kepalaku yang mungkin
tak akan kelihatan tertutup gelapnya malam.
Sekilas aku fikir para peserta yang datang,
ternyata 5 orang independent yang sedang keliling untuk memberi obat yang
sedang sakit dan juga mengganti lilin per pos yang sudah mau habis, seketika
itu aku bicarakan kesulitan kami dan akhirnya temanku -yang ingin pub- diganti
dengan salah seorang dari tim independent untuk menemaniku menjaga pos, lega ku
bernafas akhirnya selesailah masalah.
Beberapa kelompok lainya pun akhirnya lewat
hingga hanya ±3 kelompok saja yang belum melewati pos bayanganku. Sepanjang ku
menjaga dengan teman baru dari tim independent awalnya biasa hingga akhirnya
menjadi benar-benar menyebalkan, mulai dari keluh kesah karena kedinginan
dan juga bolak balik ingin minta bergabung saja dengan pos bayangan sebelum pos
bayanganku.
Untuk yang satu ini tidak aku hiraukan
permintaanya karna pos bayangan tempatku mulai sedikit menanjak dengan
medan berlumpur, yang jika ku tinggalkan penjagaanya mungkin bisa membahayakan
keselamatan peserta.
Kelompok 8 dan 9 pun akhirnya lewat juga dan
hanya kurang 1 kelompok lagi aku akan bisa mencicipi bagaimana indahnya untuk
bisa terlelap. 2 anak penjaga pos bayangan reni dan heri -nama samaran- sebelum
pos bayanganku, datang ke pos kami nimbrung karena jam sudah
menunjukan setengah 4 pagi tapi kita belum juga selesai.
Pada pertengahan menunggu kelompok terakhir
yang akan lewat, sesuatu yang tadi sudah terjadi terulang kembali dimana
seketika itu kau akan teringat oleh suatu tempat karena kau benar-benar
membutuhkanya, tempat dimana itu akan membuatmu mengeluarkan uang ataupun
tidak, yah.. jamban tempat yang akan kau cari ketika kau ingin sekali untuk
membuang-buang sesuatu yang menurutmu berlebihan.
Sedikit berbeda dengan teman satu posku yang
ingin sekali pub sampai hampir tidak kuat, dia -reni- temanku dari pos sebelum
pos ku secara sepontan mengatakan ingin sekali buang air kecil dengan gaya
centil cerewetnya yang benar-benar tidak memperlihatkan kemampuan aslinya dalam
perkuliahan, aku dan heri hanya menenangkan dan memintanya untuk sedikit
menahan karena tidak lama lagi kelompok terakhir akan datang lalu kembali ke
basecamp.
15 menit berikutnya kelompok terakhir tidak
juga datang dan reni sudah duduk, berdiri, berjalan kesana kemari untuk menahan
pipisnya yang mungkin sudah pada batasnya, seperti yang sudah dilakukan temanku
sebelumnya, dia ambil lampu senter dan mencoba menyorot suara mata air yang
terdengar dari posku, dari situ dia membuat keputusan memerintahkan kami -aku
dan heri- untuk pergi sebentar karena dia ingin mengeluarkan apa yang ingin dia
keluarkan.
Hanya sebentar kami pergi, ketika kami
kembali reni dan teman pengganti satu posku bercanda satu sama lain dan itu
kami anggap sebagai jawaban dalam otak kami sudah apa belum dia melakukanya,
tak lama kemudian datanglah kelompok terakhir yang sudah kami tunggu-tunggu
memberi mereka arahan dan dengan itu selesailah tugas kami untuk menjaga pos
bayangan.
Sebelum meninggalkan pos kami membersihkan
dan membawa kembali barang-barang yang sedari tadi kami bawa dan itu membuatku
sedikit ingin membasahi kerongkonganku, ku cari botol minum yang dibawa reni
tapi setelah kutemukan itu membuatku terkejut karena botol itu sudah kosong,
dengan percaya dirinya reni tertawa terbahak membuatku heran apa yang
ditertawakan.
Dengan berjalan menuju basecamp penginapan
akhirnya ku menyadari kenapa botol minum itu kosong yang tak lain dan tak bukan
botol itu sudah di pakai oleh reni sendiri yang kalian pasti tau dipakai untuk
apa botol tersebut, akhir perjalanan sebelum sampai di penginapan hanya
mengingatkanku kepada pemilik sepatu yang aku pakai karena bentuk dan warnanya
sudah berbeda dengan ketika pertama kali meminjam.