Selasa, 22 Desember 2015

Surat Pertama Untuk Bundaku



Aku baru saja bangun dari tidur, dan sama seperti kemarin aku bangun kesiangan lagi bu, sebab semalam terlalu asyik memainkan game online tanpa menghiraukan waktu. Namun, ini karena sedang dalam kondisi libur minggu tenang, oleh karena itu aku berani melakukannya. Bermain game online sampai dini hari, lalu baru beranjak berangkat tidur saat sudah mendekati shubuh atau sudah ngantuk berat.

Pesan yang kau kirimkan melalui handphone pagi ini benar-benar membuatku sangat terkejut bu, sebab itu aku terbangun dari tidurku. Dalam pesan itu kau mengatakan, mulai hari senin minggu depan kau sudah mulai bekerja sebagai buruh cuci di perumahan dekat rumah. Juga mengerjakan pembuatan kursi sebagai industri rumahan dengan gaji harian. Tetiba saja ibu mengirimiku pesan dengan berita tidak seperti biasanya, aku tidak tahu harus merasa senang ataukah malah sebaliknya. Mengetahui hal itu membuatku bingung, harus bagaimana aku membalas pesanmu.

Aku tahu ibu melakukan semua ini sebab perekonomian keluarga kita sedang dalam kondisi tidak menentu. Seperti yang kau katakan akhir-akhir ini saat kau sedang ber-sms ria denganku, bahwa dagangan ayah sedang sepi, modal untuk berjualan pun semakin habis, hutang juga semakin menumpuk, ikan semakin mahal dan akhirnya sulit untuk di jual. Selain itu mungkin ini juga dampak dari lingkungan disekitar rumah kita. Dimana banyak sekali tambak-tambak ikan yang sudah ditimbun oleh tanah, sebab sudah dibeli oleh para pemodal untuk dijadikan perumahan, pabrik-pabrik industri, atau guna dibangun jalan tol. Oleh karena itu tetangga kita para petani tambak banyak yang tidak panen, dan menjual ikan kepada kita sebagai pengepul seperti biasanya.

Maafkan aku ibu. Aku benar-benar minta maaf. Pada peringatan hari ibu sebentar lagi aku masih belum bisa untuk membahagiakan ibu dan ayah. Sejauh ini aku masih belum bisa membantu ibu dan ayah. Disaat seperti ini perkuliahanku malah molor, membuat ibu dan ayah harus bekerja lebih keras mengeluarkan biaya kuliah untuk beberapa semester lagi. padahal seharusnya aku sudah menyelesaikan perkuliahan ini lalu bekerja, sehingga ibu dan ayah hanya akan fokus membiayai sekolah adek saja. Namun semua ini tidak seperti yang diharapkan. Berbicara soal keputusan ibu untuk bekerja, bagaimana tanggapan ayah? apakah ayah sudah tahu? Apakah ayah mengizinkan? Sebab pernah ibu cerita kepadaku, bahwa ayah marah, karena ibu meminta izin membantu ayah untuk mencari nafkah tambahan.

Maafkan aku ibu, aku benar-benar minta maaf. Aku tak tega bu, benar-benar tidak bisa membayangkan ibu harus bekerja sebagai seorang buruh cuci. Membayangkan bagaimana jika ibu terlalu lelah lalu penyakit ibu kambuh. Membayangkan jika ada pelanggan yang tak punya belas kasih sebab ada kesalahan dalam pekerjaan ibu. Namun, semua itu hanya fikiran bodoh ku saja. Ingin sekali aku untuk mencegah ibu, namun aku pun tak kuasa untuk menahan kemauan ibu. Do’a ku selalu untuk mu ibu, agar kau selalu dalam lindungaNya, belas kasihNya.  

Banyak sekali yang sudah aku bicarakan. Namun sejauh ini aku belum bertanya perihal kabar mu ibu. Ibu apa kabar? Do’a ku senantiasa berharap ibu akan selalu sehat, seperti saat terakhir aku meninggalkan rumah untuk kembali pada dunia perkuliahanku. Sejatinya aku benar-benar merindukanmu ibu. Sudah lama aku tak pulang. Beberapa waktu yang lalu, aku sempat bermimpi tentangmu ibu. Dimana aku kembali pulang, lalu melihatmu berbaring pulas. Aku pun merebahkan diri disampingmu, berharap bisa mendapat pelukan darimu ibu. Seperti saat aku kecil dulu, bertingkah manja hanya karena ingin mendapat pelukan sebelum tidur. Begitu juga saat makan. Entah kapan terakhir kali aku makan dari suapanmu ibu. Ingin sekali aku merasakan lagi seperti saat kecil dulu. Bertingkah manja dihadapanmu. Aku rindu saat-saat seperti itu.

Ibu.. Di surat ini aku juga akan menceritakan beberapa hal padamu. Pertama, mohon maaf ibu sepertinya perkuliahan ku masih akan menambah satu hingga dua semester lagi. Berbeda dengan ku, semua temanku sudah banyak yang menyandang gelar di belakang nama mereka. Kedua, aku sekarang sedang sibuk menyusun proposal bu. Proposal skripsi yang rencananya akan aku ajukan akhir tahun, juga proposal magang di BI (Bank Indonesia) untuk mengisi kekosongan ku saat libur bu. Setelah itu aku juga akan mencari kerja sampingan sembari menyelesaikan penyusunan skripsi, guna menambah uang saku, dan biaya perkuliahan molor ku. Do’akan aku ibu.

Terakhir, terimakasih untuk semua yang telah ibu dan ayah berikan padaku selama ini. Semua itu tidak berbalaskan sama sekali. Pun aku tahu kalian tak ingin semua itu untuk terbalaskan. Ke ikhlasan kalian, usaha kalian, kerja keras kalian alansanku berada disini. Berjuang belajar di sekolah tinggi, guna kebahagiaan ku kelak juga. Semua yang kalian lakukan hanya lah demi aku, anak mu. Terimakasih.. sekali lagi terimakasih.. Ibu..[]


Jember, 14 Desember 2015.


P.S : Sumber Gambar : Stalinebook